Kalau pakai tembok itu kalau gempa bisa roboh. Nanti kita tertimpa
Palu (ANTARA News) - Anak-anak korban gempa dan likuifaksi di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng), mengaku masih takut dengan goncangan gempa, karenanya mereka meminta agar sekolahnya dibangun lagi dengan kayu.

"Iya mau sekolah lagi. Tapi kalau bisa sekolahnya kayu saja," kata Owen Michael siswa kelas 5 SD BK Jono Oge kepada Antara saat berada di pengungsian Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, Sulteng, Selasa.

Owen mengaku masih takut dengan gempa-gempa susulan yang terjadi. Ia merasa khawatir jika harus belajar di ruang kelas yang terbuat dari dinding semen.

Saat kejadian gempa dan likuifaksi ia mengaku baru saja hendak pulang ke rumah selepas bermain bola di lapangan bersama teman-temannya.

Anak laki-laki usia 11 tahun ini berlari buru-buru tanpa alas kaki menuju rumah ketika goncangan gempa dirasakan semakin kuat. Dirinya mengaku kembali berlari lagi menuju dataran lebih tinggi di bukit-bukit sekitar Pombewe sambil menangis saat likuifaksi mulai terjadi.

Jois Priscila (10), siswi kelas 6 SD BK Jono Oge juga mengaku merasa takut jika harus kembali belajar di sekolah berdinding tembok. Dirinya juga meminta supaya sekolah yang dibangun lagi nanti terbuat dari kayu, dengan asumsi akan lebih aman buat mereka.

"Kalau pakai tembok itu kalau gempa bisa roboh. Nanti kita tertimpa," kata Jois.

Hingga saat ini puluhan anak dari Desa Jono Oge yang terdampak gempa dan likuifaksi dan mengungsi di Desa Pombewe belum kembali ke sekolah, mengingat sekolah mereka rata-rata roboh oleh gempa.

Tenda yang menjadi kelas darurat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) baru didirikan pada Senin (8/10) siang.

Pada hari yang sama mereka mengikuti penyembuhan trauma (trauma healing) dari siang hingga sore pukul 18.00 WITA.

Aktivitas yang dilakukan saat itu, menurut Glen Hizkiawengku (8), siswa kelas 3 SD Inpres Jono Oge yakni bernyanyi dan menggambar.

Baca juga: Anak-anak Jono Oge ingin kembali ke sekolah
Baca juga: 1.090 warga binaan Lapas Palu belum kembali

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018