Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sebetulnya lebih menginginkan bentuk kerjasama dalam industri pengolahan dan pemasaran enceng gondok yang dapat dijadikan mebel kualitas ekspor dan produk lain bersama Mesir, ujar Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali di Jakarta, Jumat. "Yang penting prinsip dasar kerjasama untuk pengolahan eceng gondok, yang sekarang ini sudah banyak mengotori Sungai Nil di Mesir, sudah tercapai antara pengususaha kedua negara yang difasilitasi oleh Kemenkop UKM di pihak Indonesia dan Menteri Irigasi dan Sumber Daya Air Mesir dalam kunjungan Menteri Koperasi UKM ke negeri TimTeng tersebut beberapa minggu lalu. Sebenarnya, menurut menteri, ada tiga bentuk kerjasama yang sekarang sedang dipelajari dalam arti apakah kerjasama itu hanya dalam hal training atau usaha pengolahan bersama atau juga industri dan pemasaran bersama. "Kita tentu lebih menginginkan kerjasama industri pengolahan dan pemasaran enceng gondok dan untuk itu aturan bagaimana tentu harus dibahas lagi dengan pihak tim Mesir yang menurut rencana akan datang ke Indonesia dalam beberapa hari kedepan," ujarnya. Hari Senin (3/9) tim dari Mesir ini akan berkunjung ke Kemenkop UKM untuk menindaklanjuti pembahasan bentuk kerjasama yang akan disepakati. Untuk tujuan tersebut Sekretari Kementerian Koperasi UKM Guritno mengatakan pihaknya terus melakukan persiapan dengan beberapa universitas tentang tehnologi pengolahan enceng gondok, mengikutsertakan Asmindo yang bertanggungjawab mengatur bentuk kerjasama serta hak paten yang sudah diajukan ke kementerian hukum dan hak asasi. Lebih jauh Guritno mengatakan bahwa sekilas tanaman enceng gondok tidak berguna. Bahkan, keberadaannya sangat menganggu, karena rawa-rawa dan danau menjadi tersumbat aliran airnya. Namun, kalau tanaman enceng gondok itu berada di tangan orang kreatif, tanaman yang sangat menganggu tersebut bisa berubah menjadi uang yang tidak kecil nilai. Usaha kerajian (handicraft) milik Rita yang tinggal di Jalan Kapt. Hariyadi 5 Ngalik Sleman berhasil menyulap enceng gondok menjadi tas, topi dan perhiasan wanita eksklusif. Dengan omzet sekitar Rp 100 juta per bulan, produk yang ia hasilkan berhasil menembus pasar utama Amerika dan Bali, serta kota-kota besar lainnya seperti Bandung dan Jakarta. Sebaliknya di Dusun Jambu, yang terletak di pesisir pantai selatan Bantul, tepatnya di Patehan, Gadingsari, Kecamatan Sanden memiliki potensi kerajinan berbahan baku enceng gondok. Ketekunan warga Jambu dalam menganyam enceng gondok dan menghasilkan berbagai bentuk kerajinan mampu menghantar produknya menembuskan pasar Amerika Serikat, Belgia dan Australia. "Tentu kita berharap kerjasama dalam pengolahan enceng gondok ini tidak hanya terbatas pada pembuatan mebel dari enceng gondong tapi dapat juga melebar ke produk lain nantinya," tambanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007