“Generasi milenial yang cinta dengan museum merupakan cerminan dari implementasi revolusi mental..."
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) fokus memperhatikan pengelolaan museum di Indonesia agar menarik minat generasi milenial sehingga mampu meningkatkan kunjungan wisatawan.

“Generasi milenial yang cinta dengan museum merupakan cerminan dari implementasi revolusi mental sehingga warisan kebudayaan asli Indonesia dapat semakin dilestarikan dan juga menguatkan jati diri dan karakter bangsa” kata Asisten Deputi Warisan Budaya Kemenko PMK Pamuji Lestari dalam Rapat Koordinasi Pengelolaan Museum untuk Generasi Milenial siaran pers yang diterima Antara Jakarta, Rabu (10/10).

Hal tersebut disampaikan Pamuji Lestari Rapat Koordinasi Pengelolaan Museum untuk Generasi Milenial.

Menurut Pamudji Lestari, museum tidak sekadar ditujukan untuk generasi lama tetapi juga generasi modern dan generasi selanjutnya. Lebih lanjut dikatakan Kemenko PMK juga terus mendorong penerapan gerakan cinta museum, lanjutnya.

“Sesuai fungsi PMK, kita mendorong adanya edaran untuk gerakan cinta museum. Edaran ini penting karena dengan edaran ini, gerakan cinta museum dapat dengan lebih masif bergerak dan juga menciptakan multiplier effect baik untuk guru, siswa, dan juga museumnya” ujar Tari.

Kemenko PMK terus berkoordinasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Pariwisata untuk terus mendongkrak potensi kunjungan dari generasi milenial.

'Kami juga berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat karena akses ke museum harus didorong oleh mereka. Di PMK sudah ada direktur perencanaan kawasan strategis yang dapat berkoordinasi dengan baik “jelasnya.

Baca juga: Museum Nasional gratiskan tiket masuk bagi atlet

Sementara Juru bicara  Rapat Koordinasi Pengelolaan Museum untuk Generasi Milenial, Indroyono Soesilo menegaskan Museum Nasional, Museum Sejarah Jakarta, Museum Keramik dan museum lain perlu mendorong upaya untuk menarik minat generasi milenial sehingga mampu meningkatkan kunjungan wisatawan.

“Pola pikir yang menyatakan museum sebagai lembaga non-profit harus diubah menjadi not for profit. Museum saat ini harus memperoleh pemasukan supaya dapat membiayai kegiatan operasionalnya sehingga mampu terus menyesuaikan dengan perkembangan era digital saat ini,” tuturnya.

Ia mengatakan bahwa museum di Indonesia saat ini perlu lebih memerhatikan ketertarikan generasi milenial yang menjadi salah satu potensi pasar untuk sektor pariwisata. Mereka memiliki kecenderungan untuk bereksplorasi dan melakukan traveling serta memiliki banyak jaringan dan aktif menggunakan media sosial.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman tersebut memberikan contoh beberapa museum di Indonesia yang telah membuat perubahan guna menarik minat generasi milenial. Salah satunya adalah Museum Modern and Contemporary Art of Nusantara (Macan) dan Museum Angkut di Malang yang telah berhasil menarik banyak pengunjung dari generasi tersebut.

“Maka dari itu supaya generasi milenial dapat ‘demam’ museum penggunaan media sosial menjadi sebuah di era digital saat ini” ujar Indroyono.

“Selain itu, untuk pengelolaannya dapat juga dibentuk Badan Layanan Umum (BLU) sehingga museum dapat semakin berkembang mengikuti berkembangan zaman,” katanya lebih lanjut.

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Fitra Arda menegaskan selain terus berkoordinasi dengan berbagai kementerian dan lembaga terkait lain, pihaknya juga menegaskan perlunya memerhatikan perubahan pola pikir pengelola museum sehingga mampu mengikuti perkembangan era digital dan menarik generasi milenial.

“Salah satunya kita melibatkan komunitas dan profesional untuk mengelola seluruh kegiatan museum sehingga program-program yang dibuat sesuai dengan zamannya yang saat ini kita arahkan ke geneasi milenial” jelasnya.

*Menciptakan Tren Berkunjung Ke Museum di Generasi Milenial*

Kunjungan ke museum perlu dijadikan tren wisata di kalangan generasi milenial dan pihak terkait perlu mencari cara untuk mewujudkan hal itu seiring dengan kecenderungan generasi milenial yang lebih  tertarik untuk pergi ke pusat perbelanjaan dibandingkan ke museum.

“Pengelola museum harus mampu beradaptasi dengan situasi terbaru khususnya terkait dengan keterbukaan informasi dan pemanfaatan teknologi digital maupun media sosial sehingga dapat menarik generasi milenial untuk berkunjung ke museum” ujar Prof. Wiendu Nuryanti, Ph.d Akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ia menegaskan bahwa milenial merupakan generasi yang kuat karena memiliki pengaruh untuk menjadi trend setter.

"Keunggulan ini harus benar-benar diperhatikan dan dimanfaatkan oleh pengelola museum. Inilah salah satu kunci menarik kunjungan generasi milenial ke museum” pungkasnya.KR-KAT

Pewarta: Katriana
Editor: Jaka Sugiyanta
Copyright © ANTARA 2018