"Tidak perlu khawatir dengan ekonomi Indonesia"

Jakarta (ANTARA News) - Konglomerat Dato Sri Tahir menukarkan uang pribadinya dalam bentuk dolar ke dalam rupiah senilai Rp2 triliun di Bank Indonesia, Jakarta, Senin.

CEO Mayapada Group itu tepatnya menukarkan sebanyak 93 juta dolar AS dan 55 juta dolar Singapura.

"Pagi ini kami diterima oleh Bapak Gubernur. Jadi kami memberikan buktinya kepada Bapak Gubernur bahwa dalam minggu lalu total kami telah menggantikan dolar 93 juta dolar AS, plus 55 juta dolar Singapura. Jadi setara Rp2 triliun. Ini pribadi, tidak ada kaitannya dengan koorporasi," ujar Tahir.

Ia mengatakan uang senilai Rp2 triliun tersebut akan disetorkan untuk menjadi modal Bank Mayapada.

"Jadi kami kalau setor modal kan bisa dari uang rupiah, juga bisa Dolar. Tapi sekarang kita kan tahu rupiah ini dalam keadaan masih mencari posisi terbaik, jadi sebagai warga negara kebetulan kami juga udah ikut tax amnesty. Jadi saya pikir daripada taruh di dalam negeri, jadi dikembalikan ke sini dulu aja," kata Tahir.

Ia berharap, pengusaha-pengusaha yang lain juga dapat menukarkan dolarnya ke dalam rupiah. Menurutnya, kendati rupiah tengah melemah, kondisi fundamental ekonomi Indonesia relatif baik dan tidak perlu dikhawatirkan.

Tahir menambahkan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini sudah jauh berbeda dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997-1998 lalu.

"Tidak perlu khawatir dengan ekonomi Indonesia. Itu pujian juga bukan dari saya tapi dari IMF ya. Kami sebagai bankir, saya Bank Mayapada, tidak menemukan ada rush nasabah memberikan dolar. Jadi situasi lain sama sekali dengan tahun 97-98," ujarnya.

Ia meyakini, upaya para pengusaha menukarkan dolar mereka ke dalam rupiah, dapat membantu meningkatkan stabilitas rupiah karena persediaan dolar di dalam negeri semakin meningkat.

"Ini sangat bisa membantu penguatan rupiah. Saya kira kalau semua pengusaha mau bersatu, pasti bisa," kata Tahir.

Baca juga: Sandiaga lakukan aksi tukar uang dolar ke rupiah

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018