"Nomadic tourism" adalah segala aktivitas atau bisnis yang terkait gaya hidup dan budaya berpindah-pindah seperti menggunakan "glamp camp", "home pod", dan "caravan" sebagai fasilitas akomodasi
Belitung, (ANTARA News) - Menteri Pariwisata Arief Yahya meyakini sejumlah obyek wisata di Belitung seperti Tanjung Kelayang akan sangat diminati wisatawan "nomadic".

"Kalau membangun Kawasan Ekonomi Khusus semacam Nusa Dua, Mandalika, dan lain-lain perlu waktu lama, jadi Belitung lebih cocok untuk dibangun dengan konsep nomadic tourism," kata Arief Yahya di Eco Beach Tent Bay Billiton Tanjung Kelayang, Belitung, Senin.

Ia bahkan optimistis konsep "nomadic tourism" untuk Belitung bisa menjadi solusi selamanya.

"Nomadic tourism" adalah segala aktivitas atau bisnis yang terkait gaya hidup dan budaya berpindah-pindah seperti menggunakan "glamp camp", "home pod", dan "caravan" sebagai fasilitas akomodasi.

"Kita dengan 75.000 desa dan lebih dari 17.000 pulau seperti Belitung yang terdiri dari pulau-pulau kecil akan sangat lama jika dikembangkan dengan KEK konvensional, dengan membangun pola nomadic hal itu bisa menjadi solusi," katanya.

Menurut dia, Belitung sangat potensial menjadi destinasi nomadic tourism karena alamnya yang sangat indah dan kemungkinan besar diminati wisatawan high-end.

"Pasarnya besar, "nomadic tourism" ada potensi 21 juta-35 juta orang wisman dari seluruh dunia yang meminatinya," katanya.

Oleh karena itu, ia mengundang investor pariwisata untuk tidak ragu menanamkan modalnya di Provinsi Babel melalui konsep nomadic tourism.

Di Tanjung Kelayang Belitung misalnya, telah dikembangkan konsep nomadic tourism yakni Eco Beach Tent by Billiton yang telah beroperasi sejak Mei 2018.

Eco Beach Tent mengembangkan model glamcamp dengan tagline "Reconnect With Nature" dengan beragam fasilitas pendukung hotel berbintang lima dan ramah lingkungan.
Baca juga: Menpar sarankan Belitung kembangkan wisata olahraga
Baca juga: Menpar batalkan penyambutan penerbangan perdana Singapura-Belitung


 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018