Kami sampaikan hari ini kami belum bisa identifikasi satu pun korban dari 24 kantung jenazah yang kami terima sampai siang tadi
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri Brigadir Jenderal Pol Arthur Tampi mengatakan hingga Selasa petang, belum ada korban jatuhnya Lion Air JT 610 yang berhasil diidentifikasi.

"Kami sampaikan hari ini kami belum bisa identifikasi satu pun korban dari 24 kantung jenazah yang kami terima sampai siang tadi," ujar Arthur Tampi di Rumah Sakit Polri Sukanto Kramat Jati, Jakarta, Selasa.

Hal tersebut karena 24 kantong jenazah yang diterima berisi potongan tubuh, meski terdapat beberapa ciri spesifik yang ditemukan.

Dari data antemortem, tutur Arthur Tampi, terdapat beberapa keterangan keluarga yang mempunyai keluarga yang menjadi korban dengan ciri yang sama.

Setelah dilakukan proses identifikasi terhadap 24 kantong jenazah yang datang, Arthur Tampi merinci terdapat 87 potongan tubuh.

Data antemortem sebanyak 185 telah diambil dan sebanyak 147 sudah diambil data DNA-nya, sementara saat ini pihak RS Polri terus melakukan rekonsiliasi.

"Kami akan menunggu pemeriksaan DNA paling cepat empat hari sampai delapan hari," kata dia.

Pada Selasa sore, RS Polri menerima dua kantong jenazah yang baru akan dilakukan pemeriksaan forensik. Setelah dua kantong tersebut, pada Selasa petang sebanyak lima kantong jenazah korban pesawat Lion Air JT 610 kembali tiba di RS Polri.

Dalam kesempatan sama, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap proses identifikasi yang dilakukan oleh RS Polri, baik melalui sidik jari ataupun DNA dapat berjalan dengan baik.

"Pekerjaan ini penting karena berikutnya proses bagaimana nanti kalau jenazah sudah teridentifikasi dengan baik akan diserahkan kepada keluarga secara bertahap, secepat mungkin," ucap dia.

Baca juga: DVI selesai periksa 24 kantong jenazah JT 610

Baca juga: Lima kantong jenazah JT 610 tiba lagi di RS POLRI

Baca juga: RS Polri terima dua kantong korban JT 610

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018