Nusa Dua, Bali (Antaranews) - Perwakilan dari 72 negara membahas aksi konkrit penanggulangan pencemaran laut berbasis darat dalam Pertemuan Intergovernmental Review (IGR) ke-4 dari “Global Program of Action” (GPA) untuk Perlindungan Lingkungan Laut dari Aktivitas-aktivitas Berbasis Lahan.

“Karena kita tuan rumah jadi kita sudah komunikasikan, untuk membahas aksi kongkrit apa sih dari tiap negara, lalu perlunya apa (untuk penanggulangan pencemaran laut berbasis darat). Ini nanti dirumuskan dan disampaikan kepada GPA terus nanti dibahas di ‘UN Environment Assembly’,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Nusa Dua, Bali, Rabu. 

Yang menjadi agenda utama dalam pertemuan IGR-4, dia mengatakan, memang mengulas program aksi global dalam kaitan dengan polusi ekosistem laut untuk periode 2012-2017, selain juga membahas bagaimana GPA yang akan datang. 

“Jadi kita akan tahu, bagaimana GPA berkoordinasi dengan UN Environment, ataupun melihat peran negara masing-masing itu akan seperti apa,” ujar dia. 

Sedangkan isu utama yang ingin diatasi yakni yang berkaitan dengan sampah plastik di laut, polusi tanah yang berakhir ke perairan laut. “Misalnya tanah yang kelebihan nitrogen, fosfor yang artinya kebanyakan pupuk lalu kalau masuk ke air akan seperti apa,” katanya.

Lalu ia mengatakan pertemuan IGR-4 juga membahas tentang bagaimana rencana aksi di regional, dan bagaimana negara-negara di wilayahnya menjalankan rencana aksi tersebut. “Lalu nanti ada juga pembangunan kapasitasnya seperti apa," katanya.

Selanjutnya, dia mengatakan IGR-4 juga membahas agenda yang dilakukan sampai 2030. Dari sumber polutan dari aktivitas darat apa dan apa namanya, lalu konversinya bagaimana, kerusakan keanekaragaman hayatinya bagaimana, pengaruhnya ke laut seperti apa akan dibahas pula. 

“Yang kita diskusikan itu terkait dengan nutrien yang bisa mencemari laut, misalnya bagaimana sabun, detergen, sampo yang biasa kita pakai sehari-hari, atau dari ternak dan pertanian serta industri dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang jika masuk ke perairan akan menimbulkan "blooming" tumbuhan yang akan merusak proses fotosintesis dan visibility air,” lanjutnya. 

Ini, menurut dia, yang justru merusak siklus kehidupan. “Jadi kalau teman-teman mendengar ada Amdal dan KLHS maka ini yang paling gawat adalah kalau siklus kehidupan ini terganggu”.

Contohnya, logam berat masuk ke tubuh ikan dan itu dikonsumsi manusia, tentu akan membahayakan manusia yang memakanya. 

Baca juga: Indonesia tegaskan komitmen lindungi laut di IGR-4
Baca juga: Kolaborasi pendanaan atasi sampah plastik di laut
Baca juga: Polusi plastik di laut jadi masalah sangat serius
Baca juga: Masyarakat dunia diminta peduli laut


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2018