Karawang (ANTARA News) - Kencangnya arus bawah laut dan peningkatan volume lumpur di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat mengakibatkan tim selam kesulitan mendeteksi objek pesawat Lion Air PK-LQP nomor penerbangan JT 610, Rabu siang.

"Saya bisa bergeser hingga 70-100 meter dari perahu (titik selam) saking kencangnya arus bawah laut," ujar Ketua Jawa Barat Squad Rescue, Ramdhan Dani, di Karawang.

Menurut Ramdhan, arus permukaan laut yang terpantau relatif tenang pada siang hari Kamis berbanding terbalik dengan arus bawah laut yang dirasakannya sangat kencang.

Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Posko Taktis Pantai Tanjung Pakis, situasi arus bawah laut yang kencang pada Kamis siang dipicu dorongan arus Selat Sunda dan Bangka Belitung ke arah Tanjung Karawang.

"Angin kencang ke arah timur laut diperkirakan menggeser sejumlah objek pesawat maupun jasad dari prediksi titik jatuh di Tanjung Karawang," katanya.

Kencangnya arus bawah laut juga mengangkat material lumpur di hilir Sungai Citarum yang selama ini mengendap di dasar laut.

Situasi itu, kata Ramdhan, membuat jarak pandang penyelam menjadi pendek dan sulit fokus pada objek pencarian.

"Jarak pandang kami tertutup lumpur. Paling jauh pandangan sekitar dua meter," katanya.

Jabar Squad Rescue merupakan komunitas selam asal Bandung, Jawa Barat, yang saat ini diperbantukan Tim Evakuasi Gabungan dalam mencari pesawat yang hilang.

"Ada sekitar 10 personel kami yang dikerahkan bergabung dengan tim evakuasi sejak Senin (29/10)," katanya.

Baca juga: Dukcapil Kemendagri bantu identitas korban JT 610

Baca juga: Kotak hitam JT 610 dikirim ke Jakarta hari ini

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018