Kami observasi, melihat, mendengarkan, menemani mereka menangis agar keluar emosi dan mengajak mengobrol.
Jakarta (ANTARA News) - Sejak kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Tanjungpakis, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, pada Senin (29/10) pagi, keluarga penumpang mengalami guncangan psikologis karena kehilangan anggota keluarga yang dicintai.

Tangis pilu mewarnai hari-hari dalam penantian evakuasi dan pencarian penumpang dan awak pesawat sejak kejadian nahas itu.

Tanda tanya melintas dalam benak para keluarga korban dan seluruh pihak akan penyebab kecelakaan pesawat Lion Air itu yang kini masih diselidiki dan nasib penumpang yang belum ditemukan.

Hingga saat ini, tim pencarian dan evakuasi penumpang dan puing-puing pesawat yang dipimpin Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) masih terus bekerja mencari penumpang.

Derai air mata menyelimuti saat sejumlah kantong jenazah ditemukan dan diserahkan ke Rumah Sakit Polri untuk diidentifikasi.

Hingga saat ini, sebanyak 14 kantong jenazah yang berhasil diidentifikasi pada 31 Oktober-4 November 2018. Keempat belas jenazah tersebut adalah Jannatun Cintya Dewi dengan kursi penumpang nomor 16F, Chandra Kirana dengan kursi penumpang nomor 27B, Monni dengan kursi penumpang nomor 21A, Hizkia Jorry Saroinsong dengan kursi 18F, Endang Sri Bagus dengan kursi penumpang nomor 33D.

Kemudian, Wahyu Susilo dengan kursi penumpang 17F, Fauzan Azima dengan kursi penumpang 23A, Rohman Sagala dengan kursi penumpang 18B, Dodi Junaidi dengan kursi penumpang 19E, Muhamad Nasir dengan kursi penumpang 21B, Janri Efriyanto Sianturi dengan kursi penumpang 17C, Karmin dengan kursi penumpang 9F, Harwinoko dengan kursi penumpang 10D, dan Verian Utama dengan kursi penumpang 21E.

Hingga Minggu siang (4/11), satu kantong jenazah ditemukan tim SAR gabungan sehingga jumlah menjadi 105 kantong jenazah, dengan rincian 31 kantong per 3 November, delapan kantong per 2 November, sembilan kantong per 1 November, delapan kantong per 31 Oktober, 24 kantong per 30 Oktober, 24 kantong per 29 Oktober, serta satu kantong jenazah pada Minggu siang (4/11).

Kantong-kantong jenazah tersebut dibawa dan diserahkan ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati untuk proses identifikasi.

Lion Air hingga saat ini terus melakukan pendampingan kepada keluarga pada setiap posko krisis. Beberapa manajemen Lion Air juga tetap berada di posko Cawang dan posko RS Polri di Jakarta Timur serta posko Tanjung Priok di Jakarta Utara guna memberikan dukungan moril kepada keluarga penumpang, kru serta tim evakuasi.

Keluarga penumpang kini berharap agar penumpang segera ditemukan dalam kondisi apapun.

Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi mengatakan pencarian penumpang Lion Air JT 610 masih terus dilakukan. Tim SAR gabungan itu terdiri antara lain Basarnas, TNI, Polri, Bakamla, dan relawan.

Tim pencarian telah berhasil menemukan sebagian kantong jenazah, landing gear pesawat, kotak hitam flight data record (FDR) yang ditemukan pada Kamis (1/1) lalu, sebagian puing pesawat dan barang-barang penumpang.



Pendampingan psikososial

Kondisi psikis keluarga penumpang yang mengalami goncangan akibat kejadian tersebut merupakan kondisi normal di tengah kejadian tidak normal yang diakibatkan kecelakaan pesawat.

Dalam kondisi ini, keluarga penumpang membutuhkan pendampingan psikososial untuk setidaknya meringankan beban dalam hati dan pikiran mereka.

Pendampingan psikososial yang dilakukan pihak ketiga seperti Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) dan dari Angkatan Udara sejak Senin ditujukan untuk menciptakan relaksasi dan stabilisasi emosi.

"Kami observasi, melihat, mendengarkan, menemani mereka menangis agar keluar emosi dan mengajak mengobrol," tutur Koordinator tim pendampingan psikososial dari Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) di posko krisis di Hotel Ibis Cawang Wiene Dewi kepada Antara, Jakarta, Rabu.

Para psikolog yang bertugas memberikan pendampingan kepada keluarga korban menggunakan pendekatan kekeluargaan dan proaktif mendatangi keluarga yang membutuhkan.

Wiene menuturkan pihaknya tidak hanya menunggu keluarga penumpang menghampiri untuk mendapatkan pendampingan psikososial.

"Kalau butuh pendampingan, kami bisa langsung dipanggil," tuturnya.

Rata-rata keluarga penumpang mengalami kondisi seperti stres, tidak bisa tidur, banyak pikiran, cemas. Kondisi tersebut wajar di tengah peristiwa kehilangan keluarga.




Teman curhat

Para personel yang memberikan pendampingan psikososial berperan bukan sebagai penasehat tetapi lebih menjadi "teman curhat" di mana keluarga dapat berbincang dengan merasa nyaman, meluapkan emosi seperti kepada teman dan keluarga, serta bertukar pikiran dengan pendamping tersebut.

Merasa diperhatikan dan nyaman merupakan kebutuhan yang mutlak bagi keluarga penumpang yang dirundung pilu akibat kejadian kecelakaan pesawat tersebut.

"Kami menyediakan bahu untuk bersandar kepada keluarga penumpang," tuturnya.

Dalam pertolongan pertama psikologis bagi keluarga penumpang, Wiene mengatakan kebutuhan dasar keluarga harus dipenuhi seperti makan, minum, kesehatan dan keselamatan. Selanjutnya, pihaknya ada bagi keluarga penumpang untuk mendengarkan, menerima keadaan mereka dan menenangkan keluarga yang dalam keadaan campur aduk antara sedih, cemas dan perasaan lain. Jika diperlukan, pada kondisi tertentu, keluarga dapat dirujuk ke ahli seperti psikiater.

Di sinilah pihak Lion Air memberikan dukungan moral lewat pendampingan psikososial baik oleh personel Lion Air maupun oleh pihak ketiga seperti Himpsi.

Lion Air juga menempatkan puluhan personel sebagai family assistant yang membantu keluarga penumpang dalam masa pencarian dan evakuasi penumpang.

"Ada 50-60 personel yang kami tugaskan sebagai family assistant," kata Kepala Hubungan Masyarakat atau Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro kepada Antara, Jakarta, Sabtu.

Danang menuturkan pendampingan psikososial dan personal merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan tingkat stress yang dialami keluarga penumpang.

Hubungan Masyarakat atau Corporate Communcations Lion Air Ramaditya Handoko mengatakan family assistant berperan sebagai pendamping yang turut memperhatikan kebutuhan keluarga penumpang dan mempermudah mobilisasi keluarga penumpang selama berada di Jakarta.

"Para keluarga bisa berkomunikasi secara intens dengan perwakilan kami sehingga tidak harus menunggu atau mengejar ke satu titik yang sedikit menyusahkan bagi mereka," kata Ramaditya.

Satu personal family assistant atau pendamping keluarga bertugas untuk mendampingi maksimal tiga keluarga penumpang.

Pendampingan secara personal yang dilakukan family assistant itu ditujukan untuk mempermudah keluarga penumpang dalam mobilisasi dan akses informasi sehingga mereka dilayani dengan baik dan tidak merasa kebingungan.

"Family assistant berada di sekitar keluarga penumpang, mendampingi dan membantu keluarga penumpang," tuturnya.




Tanggung jawab

Sebagai dukungan moral dan tanggung jawab Lion Air kepada keluarga penumpang, Lion Air tetap memberikan perhatian dan dukungan selama pencarian dan evakuasi penumpang dan puing-puing pesawat.

Lion Air berupaya hadir untuk memenuhi kebutuhan keluarga penumpang termasuk akomodasi, pembaruan informasi, santunan dan ganti rugi yang harus diberikan kepada ahli waris penumpang.

Memang tak ada yang mampu menggantikan kehilangan keluarga dengan apapun. Namun, setidaknya keluarga penumpang berharap dapat mengetahui penyebab kecelakaan pesawat itu, mendapatkan anggota keluarganya baik dalam keadaan apapun. Keluarga penumpang sudah sepatutnya mendapatkan santunan.

Atas kejadian ini, seluruh pihak termasuk pemerintah Indonesia, perusahaan penerbangan Lion Air dan masyarakat Indonesia berduka cita.

Keluarga penumpang akan menerima santunan dari perusahaan penerbangan Lion Air lebih dari Rp1,3 miliar yang mencakup antara lain ganti rugi atau klaim asuransi sebesar Rp1,25 miliar bagi penumpang yang meninggal berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan 77 Tahun 2011 dan klaim bagasi Rp50 juta.

Adapun kelengkapan dokumen yang diperlukan untuk persyaratan pembayaran santunan asuransi adalah kartu tanda penduduk seluruh ahli waris, akta kelahiran seluruh ahli waris, akta kelahiran penumpang jika penumpang sudah menikah, akta perkawinan orang tua penumpang, akta perkawinan penumpang, kartu keluarga penumpang dan ahli waris, akta kematian penumpang serta surat keterangan ahli waris.

"Kelengkapan dokumen yang sah itu harus terverifikasi dulu, kami belum bisa menjelaskan kapan akan dicairkan, kapan akan dikirimkan, yang penting saat ini kita sedang proses membantu keluarga untuk memberikan informasi data-data yang dibutuhkan untuk klaim asuransi," tutur Kepala Hubungan Masyarakat atau Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro kepada Antara, Jakarta, Sabtu.

Lion Air telah membuka posko asuransi bagi keluarga penumpang di Hotel Ibis Cawang dan RS Polri untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai klaim asuransi itu.

Selain itu, keluarga penumpang menerima uang tunggu sebesar Rp5 juta untuk operasional keluarga korban selama masa pencarian dan evakuasi penumpang, uang kedukaan sebesar Rp25 juta yang diterima saat jenazah diserahkan kepada pihak keluarga.

Di luar santunan itu, Lion Air juga memenuhi seluruh kebutuhan keluarga yang datang ke Jakrta untuk identifikasi penumpang dan menunggu informasi terkait pencarian penumpang seperti fasilitas penginapan di hotel, transportasi, makan dan minum, tiket pulang pergi dari tempat asal ke Jakarta dan sebaliknya serta biaya pengantaran jenazah kepada keluarga penumpang untuk dimakamkan.

"Saat menyerahkan jenazah, pihak Lion Air mendampingi segala proses kebutuhan yang diperlukan keluarga korban hingga jenazah itu diterima oleh keluarga di tempat tujuan," katanya.*


Baca juga: Sejak jadi pramugari, Alfiani belum pernah pulang

Baca juga: Sang singa yang kerap alami nasib sial


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018