Pada 2011 kami penelitian di salah satu kampung tua dekat Kampung Abar. Jadi sebelum masyarakat Kampung Abar tinggal di Abar, di situ ada pecahan periuk-periuk tanah liat, kalau dalam arkeologi disebut dengan gerabah
Jakarta, (ANTARA News) - Tim peneliti dari Balai Arkeologi Papua menemukan pecahan gerabah di salah satu kampung tua dekat Kampung Abar, Distrik Ebungfauw, Sentani Tengah, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.

"Pada 2011 kami penelitian di salah satu kampung tua dekat Kampung Abar. Jadi sebelum masyarakat Kampung Abar tinggal di Abar, di situ ada pecahan periuk-periuk tanah liat, kalau dalam arkeologi disebut dengan gerabah," kata peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto ketika dikonfirmasi dari Jakarta, Sabtu.

Hari mengatakan, gerabah yang ditemukan dari masa lalu itu berbeda dengan gerabah yang ada di masyarakat sekarang, misalnya soal pegangan untuk mengangkat wadah tersebut.

"Kalau gerabah yang kini dibuat oleh masyarakat Kampung Abar kan pegangannya tidak ada, dari segi dinding gerabahnya lebih tipis kemudian dari pola hiasnya juga berbeda dengan gerabah yang sekarang dibuat," ujarnya.

Dari temuan itu, kata dia, timbul pertanyaan apakah gerabah yang sekarang dibuat oleh warga Kampung Abar itu merupakan kelanjutan dari gerabah yang dulu atau memang sudah ada sejak lama tapi mengalami perubahan bentuk dan perubahan pola hias.

"Kami sudah kirim sampel penelitiannya ke Universitas Negeri Makassar untuk meneliti kandungan mineralnya, untuk mengetahui titik temunya itu, antara gerabah masa lalu dan gerabah masa sekarang," ujarnya.
 
Situs Neolitik Gunung Srobu di kawasan Teluk Yotefa, Desa Abe Pantai, Kota Jayapura, Povinsi Papua. (Balai Arkeologi Jayapura)

Menurut Hari Suroto, ada tiga jenis sampel gerabah yang dikirim ke Universitas Negeri Makassar untuk diteliti yaitu gerabah situs siomoko dari Pulau Asei, Sentani Timur, gerabah dari situs megalitikum dan gerabah dari salah satu kampung tua di Abar.

 "Nanti kalau materi ketiga gerabah itu sama, berarti asal usulnya dari satu tempat, yakni dari kampung tua di Abar," ujarnya.

Secara arkeologi, menurut dia, budaya gerabah di Papua sudah ada sejak 3.000 tahun silam. Budaya ini dibawa oleh penutur astronesia.
 

Di Papua, tambah dia, situs-situs arkeologi hanya ditemukan di wilayah pesisir dan wilayah pegunungan.

 "Kalau untuk di pegunungan Papua, gerabah tidak ditemukan, seperti di Kabupaten Pegunungan Bintang dan di Yahukimo sampai Paniai dan Merauke juga tidak ditemukan," ujarnya.

Baca juga: Arkeolog ungkap kehidupan lampau di Gunung Srobu, Papua
Baca juga: Arkeolog: perlu kajian arkeologi bawah air Papua
Baca juga: Jayawijaya datangkan arkeolog untuk konservasi empat mumi

Pewarta: Musa Abubar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2018