Sydney (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mempersilakan para pelajar Indonesia di luar negeri untuk menentukan pilihannya sendiri, apakah berkarir di Tanah Air atau bekerja di luar negeri setelah menyelesaikan pendididkannya. "Para pelajar di luar negeri tidak perlu gundah. Silakan memilih dimana pun bekerja, asal tetap menyayangi dan berdedikasi tinggi kepada bangsa dan negara. Karena di era globalisasi ini anda bebas memilih," katanya di hadapan para pelajar Indonesia peserta Konferensi Internasional Pelajar Indonesia se-Dunia (KIPI) di Sydney, Australia, Senin. Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri kabinet itu berpesan agar pilihan itu didasari pada pemikiran yang jernih, rasional, dan penuh optimisme. "Saya tidak ingin pilihan itu berangkat dari pesimisme karena bangsa yang pesimis hanya melihat sesuatu dari persoalannya, tetapi bangsa yang optimis akan melihat persoalan itu selalu dengan solusinya," katanya. Jika memilih berkarir di luar negeri, pesan Kepala Negara, agar tetap mempertahankan rasa nasionalisme dan tetap menjaga serta mengharumkan nama bangsa. "Jangan memperolok bangsa sendiri dan terlalu membanggakan bangsa lain. Tetaplah mencintai bangsa sendiri dan jadilah duta bangsa yang membawa nama baik," katanya seraya meminta agar komunikasi dengan Tanah Air dijaga dengan baik. Akan tetapi jika negara memerlukan tenaga dan pikiran dari orang Indonesia yang bekerja di luar negeri itu, Kepala Negara meminta agar mereka bersedia mengabdi demi bangsa dan negara. Sementara itu, Konferensi Internasional Pelajar Indonesia se-Dunia (KIPI) 2007 di Sydney, 7-9 September 2007, menghasilkan Deklarasi Aliansi Organisasi Pelajar Indonesia di Luar Negeri (Overseas Indonesian Students Assosiations Alliance). Ketua Panitia KIPI, Casey Entoma mengatakan pembentukan aliansi tersebut diharapkan dapat memfasilitasi pertukaran informasi dan koneksi komunikasi intelektual Indonesia yang tersebar di seluruh dunia. Konferensi tersebut dihadiri 245 peserta yang merupakan pelajar Indonesia yang berada di luar negeri. Konferensi itu juga mengeluarkan sembilan butir rekomendasi pelajar Indonesia di luar negeri kepada pemerintah Indonesia. Sementara itu, secara terpisah, Menpora Adyaksa Dault mengemukakan sebagian pelajar Indonesia banyak yang mengalami keraguan setelah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri, apakah memilih untuk kembali ke Indonesia atau tetap di sana untuk mencari pekerjaan. "Ini perlu ruang komunikasi yang baik antara pemerintah dengan para pelajar Indonesia di luar negeri agar mau kembali ke Tanah Air dan menyumbangkan ilmunya bagi bangsa," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007