Surabaya (ANTARA News) - Tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa, memasuki ujicoba tahap akhir pengaliran lumpur dengan teori Energy Balance System (EBS), menyusul masuknya pipa berdiameter enam inci sepanjang 1,5 meter, tepat di tengah pusat semburan. Menurut Koordinator Pelaksana Tim ITS, Ir Djaja Laksana, pemasangan pipa enam inci di luar semburan sepanjang 36 meter yang diperkuat dengan cremona (pipa diameter tiga inci dan 36 drum pelampung) di bawahnya juga telah selesai. "Ujicoba ini dilakukan pertama kali pada Sabtu (8/9) lalu. Posisi pipa enam inci yang diperkuat dengan kawat sling saat ini sangat bagus, yakni tepat di tengah pusat semburan. Jika lumpur berhasil dialirkan di pipa, ini berarti teori EBS berhasil," katanya. Menurut dia, jika ujicoba dengan teori EBS itu berhasil, maka bisa diusulkan ke Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) supaya lumpur bisa dialirkan dari pusat semburan (ring satu) ke wet line (saluran pelimpah seluas 4.000 hektare). "Tapi itu terserah mereka, mau menggunakan atau tidak. Yang pasti, tim ITS telah mengeluarkan dua macam teori. Yakni, teori Bernoulli yang saya temukan sendiri dan EBS ditemukan Prof Dr Ir I Made Arya Joni MSc," katanya. Teori Bernoulli telah dipatenkan atas nama Ir Djaja Laksana pada Maret 2007 lalu. Sedangkan, teori EBS masih dalam proses pengajuan hak paten kepada pemerintah. Nantinya, jika sudah dipatenkan, siapapun yang menggunakan harus membayar royalti kepada penemu teori itu. "Jika tidak dipatenkan, kami khawatir ada orang asing yang mengaku penemu teori Bernoulli dan EBS, kemudian menawarkan kepada pemerintah Indonesia," katanya. Dia menjelaskan, teori pengaliran lumpur menggunakan EBS itu tidak menggunakan pompa penyedot lumpur lagi untuk dialirkan ke spillway (saluran pelimpah). Selain itu, penggunaan excaponton (excavator di dalam air) untuk mengaduk-aduk dan mengalirkan juga bisa diminimalkan. Kecepatan lumpur yang akan mengalir di pipa diperkirakan satu meter/detik. Tim ITS telah menyiapkan air sebanyak 5.000 liter yang berguna untuk memancing agar lumpur bisa tersedot ke pipa. Hanya saja, kelemahan dari teori EBS ini adalah ketika terjadi land subsidence (tanah ambles) di lokasi pusat semburan, bisa menyebabkan pipa patah. Mengenai suhu di pusat semburan, dia memperkirakan mencapai 110 derajat Celsius dan terpantau dalam jarak satu kilometer hanya turun satu derajat Celsius. Volume lumpur yang keluar diperkirakan lebih dari 120 ribu meter kubik/hari. Untuk itu, tim ITS yang berjumlah 15 orang sangat berhati-hati dalam melaksanakan ujicoba di medan yang sangat berbahaya. "Pada Senin (10/9) dini hari, saat tim belum bekerja, diketahui telah terjadi over topping di titik 44 pusat semburan. Penyebabnya, hanya karena operator excavator yang bertugas mengalirkan lumpur tertidur. Ini menjadi ancaman dan tantangan bagi kami," tuturnya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007