Surabaya (ANTARA News) - Berita kriminalitas yang ditampilkan televisi seperti buser, patroli dan sergap telah menimbulkan rasa takut dan kecemasan dalam masyarakat. Anggota Bidang Isi Siaran (monitoring content) KPID Jatim, Catur Suratnoaji, mengemukakan hal itu di Surabaya, Rabu, dalam diskusi mencari format berita kriminal di televisi yang ideal. Catur mengemukakan kesimpulannya itu didasarkan atas hasil penelitiannya terhadap 13 narapidana di LP Sidoarjo dan sejumlah penelitian serupa yang dilakukan oleh UI. Catur mengatakan, ketika orang melihat berita tersebut, yang didapat bukan hiburan atau informasi, melainkan kecemasan dan rasa takut. "Ternyata di beberapa media lain tidak hanya menimbulkan kecemasan, tetapi menjadi pola imitasi bagi orang-orang yang melakukan tindak kejahatan," katanya. Dia mengatakan, beberapa pelaku kriminalitas mengatakan mereka melakukan kejahatan dengan meniru kejahatan yang dilakukan televisi. "Ke depan harus ada sebuah upaya untuk memperbaiki model penyajian berita kriminalitas yang ada selama ini," katanya. Ditanya tentang berita kriminalitas yang ideal, dia mengatakan harus mengakomodir beberapa kepentingan media, masyarakat dan pengiklan. "Ketika ada problem berita kriminalitas menimbulkan ketakutan, maka harus diubah, harus mengakomodir masyarakat, media dan pengiklan. Televisi jangan hanya mencari keuntungan, harus mempertimbangkan secara sosial dampak ke masyarakat," katanya. Untuk menghilangkan jejak, ujar dia, seorang pelaku kriminal bisa menghilangkan sidik jari berdasarkan informasi yang diterimanya dari televisi. "Ketika si A mau ditangkap di sebuah daerah kemudian diberitakan dia pindah ke B. TV kemudian dimanfaatkan oleh pelaku sehingga bisa membantu pelaku kejahatan," katanya. Catur mengharapkan agar dalam peliputan berita kriminal, kameramen tidak menyorot korban dan liputannya tidak boleh eksklusif.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007