Tokyo (ANTARA News) - Kalangan birokrat menilai Shinzo Abe yang mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri tidak bertanggung jawab karena meninggalkan persoalan politik begitu saja. Komentar tersebut muncul dari kalangan pegawai departemen dan badan-badan pemerintahan atas pengunduran diri yang mendadak dari perdana menterinya, demikian Kyodo News di Tokyo, Rabu. Sebagian lagi mempertanyakan waktu pengunduran diri yang dinilai tidak tepat, karena dilakukan di tengah persoalan politik yang sedang mendera pemerintahan. "Mundur dengan tiba-tiba sama saja dengan membuang pemerintahan. Hal itu merupakan cara terburuk," kata salah seorang pejabat senior di Kementerian Keuangan. Banyak juga yang mempertanyakan Abe tidak bertanggung jawab dalam menangani pemerintahan. Abe mengumumkan pengunduran dirinya, Rabu (12/9) siang di kantor perdana menteri secara terbuka melalui media massa. Dua hari lalu Abe baru saja mengumumkan sikap pemerintahannya yang gigih untuk melanjutkan dukungan Jepang dalam memerangi terorisme di Afghanistan di bawah pimpinan Amerika Serikat (AS). Peran Jepang tersebut dimungkinkan oleh UU Anti teror, namun akan berakhir 1 November mendatang, sehingga membutuhkan persetujuan lagi dari parlemen untuk melanjutkannya. Kesempatan itu digunakan kubu oposisi di bawah pimpinan partai DPJ (Demiocratic Party of Japan) untuk memblok upaya yang diperjuangkan Abe dan LDP. Sementara itu, reaksi dari mancanegara atas pengunduran diri Abe mulai berdatangan. Thailand, Kamboja menyatakan mundurnya Abe tidak akan memengaruhi hubungan dekat yang selama ini sudah terjalin baik. Respons senada juga disampaikan China melalui juru bicara kementerian luar negerinya, Jiang Yu yang menegaskan bahwa hubungan China - Jepang justru semakin kuat di bawah pemerintahan Abe. "Hubungan baik kedua negara hendaknya tetap berlanjut dan semakin kokoh," ujarnya. Australia menyayangkan mundurnya Abe, karena kedua negara bisa bekerja sama dengan baik. Dari AS, pemerintah negara adidaya itu berharap Abe dalam kondisis yang tetap baik dan menjanjikan bahwa kerja sama keduanya tetap erat di masa-masa mendatang.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007