Mataram (ANTARA News) - Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak Juli 2007 menghentikan bantuan beras dan lauk-pauk kepada jemaat Ahmadiyah yang hingga kini masih dalam pengungsian. "Jemaat Ahmadiyah sejak Pebruari 2006 mengungsi ke Asrama Transito Majeluk, Mataram, setelah rumah mereka di Gegerung, Lingsar, Lombok Barat, dirusak dan dibakar massa," kata Kasi Bina Organisasi dan Bantuan Sosial (BOBS) Dinas Kessos NTB, Saparudin, kepada ANTARA di Mataram, Kamis. Penghentian bantuan tersebut atas permintaan Pemkab Lombok Barat, karena jemaat Ahmadiyah dinilai sulit untuk dibina. Sedikitnya sekitar 134 orang jemaah Ahmadiyah mendapat bantuan beras setengah ton pe rbulan dan lauk-pauk dari Pemprop NTB, belum termasuk bantuan dari Pemkab Lombok Barat. Pemerintah kini seolah tidak peduli terhadap jemaat Ahmadiyah yang kini ditampung di Asrama Transito, karena mereka tidak mau membaur dengan masyarakat. "Dengan demikian pemerintah akan membiarkan mereka tinggal dia asrama sampai bosan," katanya. DPRD NTB sebelumnya minta kepada pemeritah pusat untuk segera menangani kasus jemaat Ahmadiyah yang hingga kini masih ditampung dipengungsian. Anggota Komisi I DPRD NTB, A. Toyib SH, mengatakan ajaran Ahmadiyah beda dengan Islam, sehingga sangat sulit untuk membantu mereka. Untuk itu pemerintah pusat diminta agar segera membuat SK tentang keberadaan jemaat Ahmadiyah apakah dilarang atau diperbolehkan. Masalah jemaat Ahmadiyah, bukan hanya di NTB, tetapi menjadi masalah nasional karena di daerah lain jemaat Ahmadiyah juga dikejar-kejar oleh masyarakat. Mereka baru bisa kembali ke kampung halamannya di Gegerung, Lingsar jika mereka mau kembali ke ajaran Islam, namun ternyata hingga kini mereka tetap pada pendiriannya. "Sementara Pemkab Lombok Barat serta Majelis Ulama setempat telah mengeluarkan fatwa bahwa jemaat Ahmadiyah adalah sesat," katanya. Pemkot Mataram tidak melarang jemaat Ahmadiyah tinggal di daerahnya, asalkan mematuhi persyaratan yang ditentukan. Persyaratan tersebut yakni warga Ahmadiyah tidak boleh bersikap eksklusif, artinya mau membaur dengan warga lain, tidak mengagamakan orang yang sudah beragama dan menjaga situasi keamanan Kota Mataram agar tetap kondusif. (*)

Copyright © ANTARA 2007