Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, terapresiasi sebesar 69 poin menjadi Rp14.471 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.540 per dolar AS.

"Apresiasi rupiah tidak terlepas dari pandangan positif pelaku pasar terhadap kondisi fundamental ekonomi nasional," ujar Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta, Senin.

Menurut dia, Paket Kebijakan Ekonomi XVI yang telah dikeluarkan pemerintah beberapa waktu lalu memberi harapan positif terhadap perbaikan defisit transaksi berjalan (CAD).

"Selama ini yang membebani rupiah adalah CAD, membaiknya CAD ditambah ekonomi Indonesia yang masih terus tumbuh maka akan terbuka ruang bagi mata uang kita (rupiah) masuk dalam tren penguatan," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang mereda turut mempengaruhi psikologis pasar terhadap negara berkembang.

"Kabarnya, Donald Trump dan Xi Jinping akan mengadakan pembicaraan selama KTT G20 di Buenos Aires, Argentina, diharapkan ada kesepakatan mengenai perdagangan antara dua negara itu," katanya.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan bahwa pergerakan dolar AS cenderung tertahan terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah di tengah perayaan Thanksgiving.

"Pergerakan imbal hasil obligasi Amerika Serikat juga cenderung bergerak turun, sehingga menambah topangan bagi rupiah," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (26/11), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.551 dibanding sebelumnya (23/11) di posisi Rp14.552 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah Jumat sore menguat jadi Rp14.544
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018