Di sela pertemuan G20, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping melakukan pembicaraan untuk meredakan perang dagang. Hasilnya, terjadi gencatan perang tarif, dan itu direspon pasar dengan kembali masuk ke aset 'emerging market'
Jakarta, (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ini menguat sebesar 35 poin menjadi Rp14.246 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.281 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova di Jakarta, Senin mengatakan bahwa meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China menjadi salah satu faktor utama penopang bagi apresiasi rupiah.

"Di sela pertemuan G20, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping melakukan pembicaraan untuk meredakan perang dagang. Hasilnya, terjadi gencatan perang tarif, dan itu direspon pasar dengan kembali masuk ke aset emerging market," ujarnya.

Ia mengatakan, dalam periode gencatan tarif dagang itu diharapkan ada upaya oleh kedua negara itu untuk mencapai kesepakatan baru yang tidak menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global ke depannya.

Ia menambahkan, sentimen dari dalam negeri mengenai laju inflasi yang dinilai terkendali juga turut menjadi faktor positif bagi apresiasi mata uang rupiah.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi November sebesar 0,27 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-November 2018 tercatat sebesar 2,49 persen, dan inflasi tahun ke tahun (yoy) mencapai 3,23 persen.

"Sentimen positif dari dalam negeri cukup terjaga, diharapkan pemerintah terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi di dalam negeri," kata Rully Nova.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (3/12), tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.252 dibanding sebelumnya (30/11) di posisi Rp14.339 per dolar AS. 

Baca juga: Langkah BI dan pemerintah dukung rupiah kian perkasa
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018