Bengkulu (ANTARA News) - Pasca gempa tektonik berkekuatan 7,9 Skala Richter (SR), Rabu (12/9), warga pedagang di Kota Bengkulu hari Minggu mulai kembali aktif berjualan sehingga kebutuhan sayur, daging dan ikan bagi warga muslim yang menjalankan ibadah puasa sudah terpenuhi. Sebelumnya warga pedagang masih trauma dengan gempa susulan, di samping tempat berjualan rusak akibat gempa besar beberapa hari lalu, kata Salimah(23) salah seorang pedagang di Pasar Panorama. Menurut dia, setelah gempa terjadi ia sama sekali tidak berjualan sehingga banyak bahan yang rusak dan tak layak jual, namun sejak subuh tadi pihaknya kembali membeli sayur-mayur pada pedagang dari Kota Curup. Kendati sudah mulai kembali aktif berjualan, harga masih tetap tinggi karena harga beli sayuran itu juga sudah tinggi dari pedagang besarnya. Harga sayur-mayur di Kota Bengkulu saat ini naik rata-rata antara Rp300-Rp500/kg antara lain harga kol/kubis dari Rp1.200 naik menjadi Rp1.500/kg, kacang buncis dari Rp2.100 naik menjadi Rp2.600/Kg, demikian juga jenis terong, labu siam, saledri, cabe merah dan lainnya juga mengalami kenaikan. Khusus harga ikan segar untuk jenis ikan nila dari Rp12.000 naik menjadi Rp15.000/Kg, patin dari Rp14.000 naik menjadi Rp16.000/Kg dan ikan lele dari Rp14.000 naik menjadi Rp17.000/Kg. Sedangkan harga daging sapi/kerbau bertahan di atas Rp60.000/Kg, daging kambing Rp50.000/Kg dan daging ayam potong Rp20.000/Kg, ayam kampung hidup Rp45.000/ekor, sedangkan telor ayam masih bertahan rata-rata Rp550 /butir. Sementara itu, kebutuhan ikan segar di Bengkulu setelah bencana gempa sebagian didatangkan dari Medan dan Lubuk Linggau, Sumatera selatan. Ikan segar yang didatangkan dari Medan itu seluruhnya ikan laut hasil tangkapan nelayan, sedangkan ikan segar dari Lubuk Linggau seluruh jenis ikan air tawar, kata Supli salah seorang pedagang ikan di Pasar Panorama, Minggu. Didatangkannya ikan laut dari Sibolga dan Medan itu, karena nelayan Bengkulu tidak melaut total setelah gempa terjadi empat hari lalu itu, sehingga pasokan ikan segar dari nelayan lokal kosong.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007