Bangkok (ANTARA News) - Pilot Indonesia pada penerbangan pesawat Thailand yang mengalami kecelakaan di pulau wisata Phuket berusaha melakukan pendaratan, meskipun ada peringatan ancaman angin, kata seorang pejabat pengawas lalu lintas udara Thailand di Phuket, Selasa. Dua pilot lainnya melaporkan terjadinya perubahan kecepatan dan arah angin yang dramatis pada beberapa menit sebelum pesawat One-Two-Go itu mengalami kecelakaan, terhempas akibat badai dan menewaskan 89 orang. "Pilot itu sebenarnya tahu tentang adanya badai karena dia berada pada frekuensi radio yang sama seperti pada dua pesawat sebelumnya," kata Kamtorn Sirikorn, eksekutif senior pada pengawas trafik udara Aerothei kepada Reuters. "Menara kontrol mengulangi kondisi-kondisi udara kepadanya dan dia mengetahui hal itu beberapa saat sebelum mendarat. Dari tape yang saya dengar membernarkan hal ini," katanya, merujuk komunikasi antara menara kontrol dan pesawat. Pesawat McDonnell Douglas MD-82 membelok ke luar landasan sebelum menabrak tanggul kayu dan terbakar. Sebagian besar korban adalah turis asing. Kapten penerbang berkebangsaan Indonesia dan co-pilotnya orang Thai keduanya tewas, namun 41 orang lainnya selamat. Ini adalah kecelakaan yang terjadi dalam dekade terakhir dari maskapai penerbangan yang beriperasi di di seluruh Asia itu. "Kami tidak menanyakan kepadanya mengenai kegagalan pendaratan karena itu bukan tugas kami. Kami hanya memberikan petunjuk terhadap pendaratan jika landasan pacu tidak jelas atau tidak terlihat," katanya. Ada laporan-laporan bahwa pilot tidak bisa melihat landasan, namun Kamtorn mengatakan jarak penglihatan empat kilometer diperlukan untuk keselamatan mendarat dan bagi pilot untuk bisa melihat landasan." (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007