Sydney (ANTARA News) - Pemerintah Australia pada Selasa (11/12) menggelar sidang kabinet untuk membahas apakah pihaknya akan memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem di Israel, kata dua sumber yang mengetahui pembicaraan itu.

Jika terjadi, keputusan untuk memindahkan kedutaan besar Australia ke Yerusalem itu akan menjadi perubahan kebijakan yang sebelumnya dianut Australia selama beberapa dasawarsa. Pemindahan kedutaan ke Yerusalem juga bisa membuat marah negara-negara tetangganya di Asia.

"Kabinet bertemu hari ini dan masalah pemindahan kedutaan (Australia di) Israel dibicarakan. Keputusan masih belum diambil," kata salah satu sumber. Para sumber tidak mau disebutkan jati dirinya dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki kewenangan untuk berbicara kepada media.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Oktober mengatakan ia "terbuka" untuk memindahkan kedutaan ke Yerusalem, mengikuti langkah Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

AS membuka kedutaan besarnya di Yerusalem pada Mei tahun ini. Langkah tersebut membuat Israel senang namun membuat Palestina marah serta dunia Arab dan sekutu-sekutu Barat kecewa.

Surat kabar The Australian melaporkan bahwa beberapa anggota senior kabinet cenderung mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel namun tidak menyebut-nyebut soal pemindahan kedutaan.

Status Yerusalem merupakan hambatan besar menuju kesepakatan perdamaian antara Isrel dan Palestina.

Israel menganggap kota tersebut, termasuk sisi timur yang dicaploknya setelah Perang 1967, sebagai ibu kotanya.

The Australian mengatakan bahwa keputusan soal kemungkinan pemindahan kedutaan akan diumumkan pekan ini.

Dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Morrison akan berharap dapat membuat kalangan anggota parlemen konservatif senang. Namun, langkah Morrison itu kemungkinan akan menyulut kemarahan negara-negara anggota Australia, termasuk Indonesia yang merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia.

Isu Palestina merupakan masalah sensitif di Indonesia. Indonesia sudah menolak menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Australia sampai Pemerintah Australia memastikan rencana menyangkut Israel.

Israel menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya yang abadi dan tak terbagi. Pada saat yang sama, Palestina memiliki anggapan yang sama kuat, dengan mengatakan bahwa Yerusalem Timur harus menjadi ibu kota negara Palestina di masa depan.

Baca juga: Palestina minta Australia pertimbangkan wacana pemindahan kedutaan
Baca juga: Indonesia ajak Australia ikut selesaikan Palestina-Israel


 
Sumber: Reuters
Editor: Tia Mutiasari/Fardah Assegaf

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018