Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menilai kenaikan harga bahan pokok yang didorong meningkatnya permintaan menjelang hari besar keagamaan (Idul Fitri) masih lazim dan belum terdapat gejolak harga yang tajam. "Sejauh ini, sampai awal puasa kenaikan harga untuk tiga komoditas utama yaitu beras, gula dan minyak goreng masih di bawah satu persen dibandingkan rata-rata bulan sebelumnya (Agustus). Bahkan untuk gula lokal ada kecenderungan turun," katanya di Jakarta, Selasa. Pernyataan itu dikemukakan Mendag seusai melakukan teleconference dengan pemerintah daerah Sulawesi selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Lampung, Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian serta perwakilan Polri dan Departemen Perhubungan tentang stok dan harga bahan pokok di Gedung Bulog. Menurut dia, kenaikan harga menjelang puasa dan Idul Fitri didorong oleh peningkatan permintaan bahan pokok sekitar 30 persen. "Yang penting kita jaga adalah rata-rata kenaikan tersebut tetap berada pada ruang batas toleransi dan tidak terjadi gejolak harga dengan kenaikan harga harga pada batas-batas seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu 5-10 persen," ujarnya. Berdasarkan pengamatan Departemen Perdagangan, kenaikan harga terjadi paling tinggi pada cabe merah keriting, daging ayam broiler dan telur ayam ras. Harga rata-rata nasional untuk daging ayam broiler per 13 September (awal puasa) tercatat Rp18.955 per kg atau naik 7,66 persen dibandingkan rata-rata bulan sebelumnya yaitu Rp17.606 per kg. Harga telur ayam ras naik sekitar 8,55 persen dari RP10.778 per kg menjadi Rp11.700 per kg. "Kenaikan dua bahan pokok itu disebabkan lonjakan harga pakan yang terjadi beberapa waktu terakhir akibat lonjakan harga jagung (internasional)," tambahnya. Sedangkan harga cabe merah keriting mengalami kenaikan 26,13 persen dari Rp14.466 per kg menjadi Rp18.246 per kg. Sementara itu Ketua Pinsar (Pusat Informasi dan Pemasaran) Unggas, Hartono mengatakan, produksi daging unggas nasional selama Mei hingga Juli 2007 mengalami penurunan. Namun demikian untuk tiga bulan ke depan pihaknya menjamin produksi unggas dalam negeri meningkat hingga lima persen sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan hari raya. Asosiasi Perusahaan Feedloter Indonesia (Apfindo) menyiapkan 100 ribu ekor sapi dengan mengimpor dari Australia dan Selandia Baru untuk mencukupi kebutuhan hari raya Lebaran 2007. AM Sadat perwakilan dari Apfindo menilai dengan persiapan sejumlah itu maka ketersediaan daging sapi pada hari raya cukup aman. Ketua Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo), Handaka Santosa memastikan stok barang yang dimiliki anggotanya telah digandakan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan selama bulan puasa dan Lebaran. "Stok yang tadinya untuk 10 hari ditingkatkan menjadi 2 pekan hingga 20 hari. Kami sangat concern terhadap kenaikan harga dan masalah angkutan," ujarnya. Untuk menjamin kelancaran masa puncak angkutan Lebaran, Ditjen Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan, menerbitkan peraturan pengoperasian angkutan barang yang agak longgar dibanding tahun sebelumnya. Aturan tersebut melarang kendaraan pengangkut bahan bangunan dan kendaraan pengangkut barang bersumbu lebih dari dua, truk gandengan dan kontainer melalui jalur utama mudik di Pulau Jawa sejak H-4 hingga H+1 Lebaran. Namun, aturan itu tidak berlaku untuk angkutan BBM, ternak, bahan pokok (beras, gula pasir, terigu, minyak goreng, cabe merah, bawang merah, kacang tanah, daging sapi, daging ayam dan telur), pupuk, susu murni dan barang antaran pos. "Untuk barang ekspor dan impor yang diangkut dengan kontainer tidak boleh beroperasi kecuali dengan izin dinas perhubungan daerah," kata Dirjen Perhubungan Darat, Iskandar Abubakar.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007