Jakarta (ANTARA News) - Cadangan bahan baku semen yang ada di pabrik terbesar PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Heidelberg Group), di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, masih bisa untuk kebutuhan hingga 80 tahun ke depan. "Dengan tingkat produksi seperti saat ini, yakni 17 juta ton per tahun, maka cadangan bahan baku di pabrik Citeureup diperkirakan masih bisa untuk 80 tahun ke depan," kata Direktur Sumberdaya Manusia (SDM) Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kuky Permana, di Jakarta, Selasa malam. Perusahaan itu kini memiliki tiga pabrik, yakni di Citereup (Bogor), Palimanan, Cirebon, dan Tarjun, Kota Baru, Kalimantan Selatan (Kalsel), kata Kuky menjawab pertanyaan pers seputar tingkat cadangan bahan baku perusahaan tersebut di sela-sela acara buka puasa bersama. Pabrik Citereup memiliki sembilan unit produksi dengan kapasitas 10 juta ton, sedangkan pabrik Cirebon memiliki dua unit produksi dengan kapasitas 2,5 juta, dan di Tarjun, kapasitas per tahunnya mencapai 2,5 juta ton dari satu unit produksi. Hanya saja, bila perusahaan itu memiliki berbagai proyek untuk meningkatkan kapasitas produksi semennya hingga mencapai 20 juta ton pada akhir tahun 2009, maka usia cadangan yang 80 tahun itu bisa menjadi lebih cepat. Berkaitan dengan peningkatan kapasitas produksi itu, Direktur Keuangan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Christian Kartawijaya, menambahkan bahwa salah satu proyek tersebut dilakukan di pabrik ke-8 di Citeureup, yang sekarang sedang dalam tahap akhir "commissioning". Pabrik itu akan meningkatkan kapasitas hingga 600 ribu ton per tahun, dengan biaya investasi Rp25 dolar AS per ton atas tambahan kapasitas volume yang dihasilkan. Setelah 2009, perusahaan itu merencanakan untuk membangun sebuah pabrik semen baru dengan kapasitas 10.000 ton "klinker" per hari, dengan asumsi pertumbuhan kebutuhan semen domestik sekitar delapan persen, katanya menambahkan. Lini baru Perusahaan itu, kata Christian, kini juga membuka lini baru dengan bisnis di bidang tambang "aggregates" batuan andesit di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. "Operasi produksi komersial andesit ini akan dilakukan awal Oktober 2007," katanya. Andesit adalah batu pecah yang diolah dan bisa dimanfaatkan untuk pembuatan beton siap pakai, yang digunakan untuk kebutuhan pembangunan jalan tol. Ia menjelaskan pada 25 Juli 2007, perusahaan itu menyelesaikan transaksi untuk membeli 51 persen saham PT Gunung Tua Mandiri, sebuah tambang "aggregates" di Rumpin. Kapasitas produksi PT gunung Tua Mandiri adalah 1,5 juta ton andesit per tahun, dengan cadangan persediaan 30 juta ton andesit. Menurut Direktur Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Heidelberg Group), Daniel Lavalle, perluasan bisnis baru di bidang tambang "aggregates" itu akan memperkuat Indocement sebagai pemasok bahan bangunan, terutama untuk mengantisipasi pelaksanaan proyek infrastruktur yang direncanakan akan segera dimulai di Indonesia. (*)

Copyright © ANTARA 2007