Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah diprediksi dapat mencapai 85 dolar AS per barel setelah berada di atas 82 dolar saat ini, menyusul langkah Federal Reserve meningkatkan ekonomi Amerika Serikat (AS), kata para analis, Rabu. Pasar mengkhawatirkan penurunan ekonomi di AS, yang merupakan konsumen energi terbesar dunia, akan menghantam permintaan minyak dan memicu penurunan harga minyak. Pada pukul 13.15 waktu Singapura (05.15 GMT), kontrak minyak New York jenis light sweet untuk pengiriman Oktober diperdagangkan pada harga 82,09 dolar per barel, naik 85 sen dari penutupan Selasa malam di perdagangan AS, 81,51 dolar per barel. Harga untuk kontrak sebelumnya mencapai tingkat tertinggi 82,38 dolar. Sementara minyak Brent Laut Utara untuk pengiriman November naik 63 sen menjadi 78,22 dolar. "Kita sekarang di wilayah baru untuk harga minyak," kata Victor Shum, analis konsultan energi Purvin and Gertz di Singapura. "Harga minyak mentah...naik sehubungan keputusan Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin," kata Commonwealth Bank Australia kepada AFP. "Pemangkasan suku bunga terlihat sebagai penurunan resiko dari ekonomi AS yang mengalami pelambatan dimana hal itu dapat pula berdampak pada permintaan minyak." Tony Nunan, manajer untuk manajemen resiko Mitsubishi Corp di Tokyo mengatakan, pencapaian 85 dolar kini jaraknya sudah dekat. "Harga terus naik melalui tekanan teknik yang ada. Saya mengasumsikan bahwa 85 dolar merupakan angka yang pasar targetkan," katanya. Tetsu Emori, manajer dana Astmax Co Ltd di Tokyo, sepakat bahwa hal itu menjadi target berikutnya, dimana jika dapat terlampaui maka harga minyak bisa menembus 90 dolar. Meski begitu, Emori tidak akan memberikan target waktunya, dengan mengatakan bahwa harga minyak akan tergantung pada situasi ekonomi AS setelah langkah Fed dan apakah fasilitas produksi minyak di Teluk Meksiko AS, terkena dampak musim topan badai bulan ini. Nunan mengatakan pemangkasan separuh poin dalam suku bunga penting oleh bank sentral AS (The Fed) menjadi 4,75 persen bertujuan meredakan kekhawatiran atas penurunan dalam ekonomi AS, akibat imbas dari krisis kredit perumahan. "Hal itu merupakan langkah besar untuk pasar modal dan meredakan kekhawatiran mengenai pelambatan ekonomi. Hal itu juga memberikan lebih banyak bahan bakar untuk dibakar di pasar minyak," kata Nunan. Dikatakannya, kekhawatiran atas penurunan stok energi AS menjelang musim dingin juga mendorong kenaikan harga minyak. "Isu kunci adalah seberapa besar stok akan terus turun," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007