New York, 20/9 (ANTARA/AFP) - Harga minyak di New York, Rabu waktu setempat, ditutup pada rekor tertinggi mendekati 82 dolar per barel, menyusul berita tentang merosotnya cadangan minyak AS pekan lalu. Kontrak utama berjangka minyak jenis ringan di New York untuk pengiriman Oktober melonjak 42 sen untuk diakhiri pada 81,93 dolar per barel setelah Departemen Energi AS (DoE) mempublikasikan laporan mingguan persediaan energi. Harga itu melonjak ke rekor 82,51 dolar dalam perdagangan harian. Di London, harga minyak Laut Utara Brent untuk pengiriman November naik 88 sen dan bertengger di 78,47 dolar per barel, mendekati harga tertinggi sepanjang waktu sebesar 78,64 dolar pada Agustus 2006. Departemen Energi, Rabu, menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS anjlok 3,8 juta barel menjadi 318,8 juta barel selama sepekan sampai 14 September. Kondisi itu menandai anjloknya cadangan minyak selama sepuluh kali berturut-turut dan penurunan itu dua kali lipat dari perkiraan kalangan analis yang hanya 2 juta barel. Harga sangat dipengaruhi oleh persediaan minyak mentah AS, kata Eric Wittenauer, analis AG Edwards, seperti diberitakan AFP. Persediaan bensin AS naik 400.000 barel pekan lalu, terbalik dibandingkan perkiraan pasar yang anjlok 1 juta barel. Minyak hasil olahan, termasuk diesel dan minyak pemanas, naik 1,5 juta barel, melebihi perkiraan yang hanya naik 1,23 juta barel. "Membaiknya perekonomian dan perkiraan permintaan yang mulai naik menjadi alasan fundamental utuk minyak untuk lebih kembali naik dalam jangka pendek," kata Phil Flynn dari Alaron Trading. Beberapa hari terakhir, harga minyak di New York mencapai rekor tertinggi karena kekhawatoran mengenai pasokan dunia yang ketat dan naiknya permintaan. Perdagangan diliputi kekhawatiran mengenai tersendatnya pasokan pada kuartal keempat 2007, ketika permintaan minyak pemanas mencapai puncaknya selama musim dingin di belahan utara. Harga minyak mentah di New York melonjak melampaui 82 dolar per barel, Selasa, setelah Federal Reserve memangkas suku bunganya seperempat poin untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi AS -- yang merupakan konsumen energi terbesar di dunia. Analis dari bank investasi Goldman Sachs mengatakan harga minyak dapat melonjak setinggi 90 dolar per barel antara kini dan akhir tahun dan dapat mencapai 95 dolar pada akhir 2008. Kalangan analis industri beralasan bahwa keputusan terakhir OPEC untuk meningkatkan produksi sampai 500.000 barel per hari belum memuaskan dan terlambat untuk mengantisipasi permintaan yang terkait dengan datangnya musim dingin. (*)

Copyright © ANTARA 2007