Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) berpendapat pelaksanaan program Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin) dalam kondisi menuju titik kritis. Pendapat itu disampaikan Ketua Umum PB IDI, Fachmi Idris, di Jakarta, Kamis, berdasarkan pada data-data terkait penyelenggaraan program Askeskin seperti keterlambatan pembayaran klaim obat dan pelayanan Askeskin di rumah sakit. Menurut data PB IDI, piutang hampir seluruh rumah sakit penyelenggara Askeskin terhitung sejak bulan Mei 2007 belum dibayarkan oleh PT Asuransi Kesehatan (Askes) karena yang bersangkutan belum menerima kucuran dana dari pemerintah. "Artinya sudah hampir lima bulan `cash flow` rumah sakit mengalami guncangan. Guncangan terjadi karena uang yang belum dibayarkan itu merupakan komponen operasional vital yang diperlukan rumah sakit untuk pembelian bahan habis pakai serta pembayaran jasa medik serta paramedik," jelas Fachmi. Dijelaskan pula bahwa PT Askes, yang dalam hal ini adalah mitra pemerintah dalam pelaksanaan Askeskin, sampai saat ini hanya memiliki saldo Rp123 miliar, padahal total kewajiban yang harus dibayar hingga 31 Juli 2007 sekitar Rp1,56 triliun. Pemerintah sendiri, menurut Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari, sedang mengusahakan tambahan dana Askeskin 2007 sebesar Rp1,7 triliun dari realokasi anggaran Departemen Kesehatan dan APBN. Namun dana tambahan itu hingga kini belum dicairkan. Oleh karena itu, IDI menyarankan bila sampai akhir September 2007 dana tersebut belum cair, pemerintah harus segera mencarikan "dana segar" dari sumber yang lain. Sumber dana segar yang dimaksud, menurut IDI, antara lain dapat berasal dari pinjaman dari BUMN serta dana-dana pemerintah daerah yang `tidur` di Bank Pembangunan Daerah, kata Fachmi. Sementara untuk jangka menengah, IDI menyarankan agar pemerintah melakukan analisis mendalam dan komprehensif terhadap program tersebut serta mencari solusi tepat untuk memerbaikinya. Analisis itu bisa berupa analisis masukan seperti regulasi, panduan pelaksanaan dan estimasi anggaran, analisis proses (sistem pelayanan kesehatan), dan analisis keluaran. Dalam jangka panjang pun, kata IDI, pelaksanaan program Askeskin terus diperbaiki sesuai dengan prinsip dan azas sistem pembiayaan dan pelayanan kesehatan yang ideal. (*)

Copyright © ANTARA 2007