Banda Aceh (ANTARA News) - Pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (BKSDA NAD) menghadapi kesulitan dana guna mengerahkan personel untuk mengatasi amukan gajah liar di sejumlah kabupaten di daerah itu. "Tidak sedikit dana dibutuhkan untuk mengatasi gangguan gajah liar yang hampir merata terjadi di sejumlah kabupaten di Aceh pada saat bersamaan," kata Kepala BKSDA Provinsi NAD, Andi Basrun, di Banda Aceh, Kamis. Menanggapi gangguan gajah liar yang memporak-porandakan perkebunan dan permukiman penduduk di sejumlah kabupaten di Aceh, ia memperkirakan, salah satu faktor turunnya binatang dilindungi itu ke pemukiman penduduk karena habitatnya terusik akibat penebangan hutan (illegal logging). Andi menjelaskan, dibutuhkan dana minimal Rp300 juta untuk satu kali operasi menghalau kembali gajah liar ke habitatnya di kawasan hutan, selain dilakukan aksi penangkapan. Ia menjelaskan, delapan dari 23 kabupaten/kota di Aceh tercatat rawan gangguan gajah liar itu masing-masing Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Utara, Aceh Timur dan Bireuen. Ketika ditanya informasi tentang dua ekor gajah mati akibat ditembak dan diracun di Aceh Utara dan Aceh Timur, Andi menjelaskan kematian dua ekor binatang berbelalai panjang itu bukan dibunuh. "Para petugas kami meyakini bahwa kematian dua ekor gajah di dua lokasi terpisah dalam sepekan terakhir akibat perkelahian sesama binatang itu, bukan dibunuh oleh manusia, meski upaya pembunuhan dilakukan penduduk terhadap gajah liar tersebut," kata dia. Sementara itu, penduduk di kawasan Lamtamot, Kecamatan Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, menyebutkan bahwa gajah liar kini telah mengancam masuk ke wilayah permukiman dan sebagian areal perkebunan serta pertanian telah dirusak binatang tersebut. "Kalau instansi terkait tidak menanggapi keluhan kami akibat gangguan gajah maka kami akan melakukan tindakan sendiri yakni dengan menembak mati dan meracuni gajah liar yang telah merusak lahan perkebunan dan pertanian kami," kata Baktiar, warga Lamtamot. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007