Rembang (ANTARA News) - Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) I Jawa Tengah di Desa Leran dan Trahan Kec Sluke, Kab Rembang, senilai Rp6,8 triliun, Kamis (20/9), secara resmi mulai dibangun. Peresmian pembangunan PLTU yang ditandai dengan pemasangan tiang pancang pembangkit listrik berbahan batu bara yang pertama tersebut dilakukan oleh Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen ESDM, J Purwono, mewakili Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Peresmian ditandai dengan pelepasan busur panah dengan disaksikan oleh Wakil Gubernur Jawa Tengah Ali Mufidz, Ketua DPRD, Muspida Jawa Tengah dan Kabupaten Rembang, Direktur utama PT PLN, selanjutnya sejumlah pekerja melakukan pengeboran untuk pemasangan tiang panjang yang pertama. Menurut J Purwono, pembangunan PLTU Rembang ini merupakan program 10.000 mega watt (MW) Jateng I, setelah sebelumnya juga dibangun PLTU di Labuhan, Pacitan, dan Pelabuhan Ratu. PLTU yang berkapasitas 2 X 315 MW tersebut ditargetkan selesai dalam jangka waktu 30 bulan untuk unit I tepatnya pada September 2009. Sedangkan untuk unit 2 pada bulan Desember 2009. Sedangkan Direktur Utama PT PLN Eddie Widiono dalam sambutannya menyebutkan, proyek PLTU ini upaya mengatasi krisis listrik sistem Jawa-Bali dan sistem Jawa Tengah pada khususnya. Produk pembangkit ini nantinya akan disalurkan melalui transmisi 150 KV, melalui Gardu Induk (GI) Rembang dan GI Pati. "Proyek ini merupakan tonggak penting bagi penyediaan listrik masa depan, karena listrik merupakan salah satu pendukung ekonomi dan daya saing dengan dunia luar," katanya. Hingga tahun 2020, negara membutuhkan investasi pembangkit listrik sekitar 3.600 MW setiap tahun, sehingga setiap tahun harus ada enam proyek serupa yang dibangun dan harus diselesaikan. "Jumlah tersebut memang sangat besar," katanya menegaskan. Terkait dengan rencana pembangunan PLTN, katanya, kapasitasnya jauh lebih besar, yakni mencapai 800-1000 mw, setara dengan dua proyek (PLTU). "Namun ada risiko yang harus kita atasi dengan masyarakat yang harus ditangani dengan benar," katanya menegaskan. Untuk mengatasi kelangkaan pasokan energi listrik, maka proyek PLTU harus dibangun lebih banyak lagi, sehingga lebih banyak lahan terpakai, transmisi terbangun. Jika pasokan energi sebanyak 3600 mw, setiap tahun dihasilkan 2600 kilo meter sirkuit setiap tahun dapat dibagun jika PLN sehat dan dalam kondisi laba. "Tidak mungkin bisa membangun kalo PLN rugi terus, padahal PLN sangat bergantung subsidi," katanya. Meski demikian, pihaknya optimistis untuk mencapai visi 100 persen pada ulang tahun ke 75 RI pada tahun 2020 PLN mendapatkan rasio elektrifikasi 100 persen, dimana saat ini Indonesia memiliki rasio tersebut tergolong rendah. Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng Ali Mufiz mengungkapkan, bahwa untuk menarik investor bersedia menanamkan investasi dijateng, maka ketersediaan energi listrik harus terjamin. Meski demikian, dia meminta aspek lingkungan harus diperhatikan. "Jika ada kendala harus diselesaikan secepatnya sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat secara optimal," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007