Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dalam Prakiraan Musim Hujan tahun 2007/2008 menyebutkan musim hujan yang akan turun mayoritas terjadi pada masa yang sama dengan tahun lalu dan curahnya pun normal. Deputi Bidang Observasi BMG, Hery Harjanto, kepada pers di Jakarta, Jumat, menjelaskan prakiraan musim hujan ini merupakan hasil pembahasan Kelompok Kerja Prakiraan Musim Nasional (KKPMN), yang terdiri atas BMG, lembaga penelitian (Lapan, BPPT, BALITKLIM Departemen Pertanian), perguruan tinggi (ITB, IPB), dan berbagai institusi terkait. "Berdasarkan kondisi suhu muka laut di ekuator Pasifik - sebagai indikator aktivitas El Nino maupun La Nina yang berpengaruh terhadap iklim Indonesia - menunjukkan prakiraan kondisi La Nina lemah, sehingga fenomena global ini tidak akan banyak mempengaruhi iklim Indonesia," kata Hery. Hingga awal September 2007, katanya, anomali suhu muka laut di ekuator Pasifik berkisar antara 0,0 Celcius hingga -0,5 Celcius. "Kondisi ini telah berlangsung sejak Mei 2007 dan beberapa institusi dunia mendefinisikan kondisi tersebut sebagai fenomena La Nina lemah," katanya. Menurut Hery, musim hujan tahun 2007/2008 akan lebih didominasi faktor-faktor lokal perkembangan dinamika atmosfer Indonesia. BMG memprakirakan pada September-November 2007 suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia akan lebih rendah daripada rata-rata untuk perairan barat Sumatera hingga selatan Jawa, Bali dan NTB, dengan anomali antara -0,50 Celcius hingga -1,00 Celcius. Untuk wilayah perairan lainnya diprakirakan bakal berkisar di angka normal hingga lebih tinggi dari rata-rata, yaitu sekitar +0,1 Celcius hingga +0,5 Celcius. Selain itu, BMG juga memprakirakan Indeks Osilasi Selatan (SOI), yang juga dapat digunakan sebagai indikator lebih basah (banyak hujan) atau lebih kering (kurang hujan). SOI diprakirakan akan berkisar antara +1,1 Celcius hingga -2,4 Celcius, yang berarti masih berada dalam kondisi normal, sehingga tidak mengindikasikan kondisi yang mengarah sifat musim hujan lebih basah maupun lebih kering. Selanjutnya, nilai Dipole Mode Indek (DMI) selama musim hujan 2007/2008 diprakirakan akan berkisar antara +0,2 hingga -0,2 dan secara umum berada pada kisaran normal (kurang lebih di bawah 0,5). "Dengan demikian pergerakan uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia akan berkisar pada kondisi normalnya atau tidak terjadi pengurangan maupun penambahan uap air secara signifikan," ujarnya. El Nino merupakan fenomena global dari sistem interaksi laut dan atmosfer yang ditandai dengan memanasnya suhu muka laut di ekuator Pasifik, atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya). Sementara La Nina merupakan kebalikan dari El Nino, ditandai dengan anomali suhu muka laut di daerah tersebut negatif (lebih dingin dari rata-rata). Berdasar intensitasnya, El Nino dapat dikategorikan menjadi El Nino lemah, yaitu jika anomali suhu muka laut di ekuator Pasifik positif antara +0,5? Celcius sampai +1,0? Celcius yang berlangsung selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Sedangkan El Nino sedang adalah anomali suhu muka laut yang positif antara +1,1? Celcius hingga 1,5? Celcius, yang berlangsung selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Dan El Nino kuat adalah bila anomali suhu mencapai lebih dari 1,5? Celcius selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. Fenomena El Nino umumnya akan mengakibatkan berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia. Kurangnya intensitas curah hujan tersebut tergantung dari intensitas El Nino yang terjadi. Mengingat luasnya wilayah Indonesia serta posisi geografis Indonesia yang merupakan benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Sebaliknya, fenomena La Nina umumnya akan mengakibatkan peningkatan curah hujan di Indonesia, dan intensitas peningkatannya tergantung pada intensitas La Nina yang terjadi. Faktor yang berpengaruh terhadap musim hujan Indonesia adalah DMI, yakni fenomena interaksi laut-atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung dari nilai selisih anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Nilai perbedaan anomali suhu muka laut ini disebut Dipole Mode Indek (DMI). Jika nilai DMI positif (Dipole Mode Positif), secara umum curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat akan berkurang. Sedangkan jika nilai DMI negatif (Dipole Mode Negatif), maka curah hujan di wilayah Indonesia bagian barat secara umum akan cukup banyak. (*)

Copyright © ANTARA 2007