Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bencana alam tsunami di Selat Sunda merupakan kejadian yang tidak biasa terjadi yakni gelombang tsunami tanpa didahului dengan gempa bumi.

"Saya sudah berbicara dengan Kepala BMKG dan Geologi. Ini suatu kasus yang tidak biasa, bahwa tsunami tanpa gempa. Jadi gejalanya ada kemungkinan dari perubahan atau letusan Gunung Anak Krakatau," kata Wapres usai memimpin rapat penanggulangan bencana tsunami Selat Sunda di VVIP Room Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu siang.

Wapres mengatakan pihaknya telah memerintahkan kepada jajaran pemerintah daerah setempat, jajaran anggota TNI dan Polri, serta Palang Merah Indonesia (PMI) untuk segera menuju lokasi bencana guna melakukan evakuasi.

Baca juga: PVMBG terjunkan tim teliti penyebab tsunami Selat Sunda

"Dari pemda, TNI, Polri sudah bergerak; dan juga PMI sudah bergerak semua ke sana untuk mengatasi ini," tambahnya.

Sementara itu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto telah melakukan pemantauan dari udara untuk meninjau lokasi terdampak tsunami Selat Sunda, khususnya di wilayah Anyer, Carita, Labuan dan Tanjung Lesung.

Panglima menjelaskan kondisi bangunan yang rusak akibat terdampak tsunami terlihat jelas di wilayah sekitar Pantai Carita.

"Saya baru saja menuju sasaran. Di sepanjang bibir pantai mulai dari Anyer memang belum nampak, tapi ketika masuk di Pantai Carita memang di sana nampak ada beberapa hotel dan tempat wisata terlihat terkena dampak tsunami, termasuk di Labuan," kata Panglima Hadi.

Helikopter yang ditumpangi Panglima TNI Hadi Tjahjanto tidak dapat mendarat di lokasi kejadian karena cuaca buruk.

Sementara itu, Wapres batal melakukan tinjauan ke lokasi terdampak bencana karena cuaca buruk sehingga helikopter tidak dapat melakukan pendaratan di lokasi. 

Baca juga: Petugas evakuasi warga-mahasiswa yang terjebak di Pulau Legundi

Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat internal penanggulangan bencana tsunami Selat Sunda di VVIP Room Landasan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, Minggu (23/12/2018). (Biro Pers Setwapres

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018