Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Husniah Rubiana Thamrin Akib, mengatakan bahwa pertemuan dengan pihak Administrasi Umum Pengawasan Kualitas, Pemeriksaan dan Karantina (AQSIQ) China di Nanning tidak akan menghasilkan nota kesepahaman (MoU) apapun. "Karena sampai sekarang mereka belum menyampaikan draft MoU-nya, jadi memang kelihatannya tidak akan ada penandatangan MoU apa-apa di Nanning nanti. Mungkin belum akan menandatangani kesepakatannya, baru komunikasi saja. Kita kan tidak ingin membuat kesepakatan di mana kita belum pelajari," katanya usai bertemu dengan Menteri Perdagangan di Departemen Perdagangan, Jumat. Dalam kunjungan delegasi Indonesia ke China beberapa pekan lalu, kedua pihak sepakat membentuk kerangka mekanisme penyelesaian isu keamanan pangan secara bilateral yang dituangkan MoU. Konsep MoU yang dirumuskan oleh China berisi kesepakatan pertukaran informasi, teknologi, tenaga ahli, dan capacity building, proses notifikasi dan kriteria internasional. MoU tersebut diharapkan akan ditandatangani saat pertemuan bidang keamanan pangan tingkat menteri ASEAN-China pada Oktober 2007 di Nanning. Meski demikian, Husniah mengusulkan pertemuan tingkat menteri tersebut tidak hanya membahas mekanisme komunikasi keamanan pangan namun juga produk lainnya. "Saya mengatakan kepada Menteri Perdagangan (Mendag) kalau bisa kita membuat mekanisme komunikasi bukan hanya keamanan makanan tapi keamanan produk secara keseluruhan karena kita tidak hanya mengawasi makanan dan Mendag sudah setuju," ungkapnya. Sementara itu, terkait hasil investigasi Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tentang produk penganan impor China yang berformalin, Husniah menyatakan sudah menyampaikan sebagian besar hasil investigasi kepada pihal China. "Dari 42 yang dipermasalahkan, 36 udah kami sampaikan dan sisanya akan kami sampaikan melalui Mendag," ujarnya. Menurut Husniah, pihak China meragukan apakah memang produk yang terbukti berformalin berasal dari negaranya. "Tapi, kita juga tidak sembarang, ada invoicenya dan punya dokumen impornya sehingga kita bisa membuktikan bahwa itu memang produk China. Itu udah disampaikan, hari ini kami lengkapi. Kita memang membutuhkan waktu untuk melengkapi dokumennya," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007