Kalau penyakit serius sampai saat ini belum ada laporannya maupun keluhan dari pengungsi,
Lampung Selatan (ANTARA News) - Salah seorang korban bencana tsunami Selat Sunda, Inah (29), warga Desa Sukaraja, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung mengalami penyakit diare dan sakit kepala sejak empat hari lalu.

"Perut terasa sakit, terus pusing-pusing. Saya sakit sudah empat hari," kata dia menjelaskan kepada Tim Medis di Posko Kesehatan Sukaraja, Minggu.

Inah menjelaskan sebelum mengeluh diare dirinya merasakan sakit kepala. Terkadang ketika bangun dari tempat duduk, ia merasakan pusing.

"Setelah itu saya merasakan diare, saya juga jarang tidur sehingga badan saya lemas," kata dia menerangkan.

Pengungsi lainnya, Nurjaya, juga merasakan sakit sejak dua hari dalam pengungsian. Ia merasakan sesak nafas dengan tiba-tiba.

"Pegel campur linu juga di bagian bahu kiri saya," keluhnya kepada Tim Medis.

Dihubungi terpisah, Plt Kepala Dinas Kominfo Lampung Selatan, M Sepri Masdian mengatakan pihaknya belum menerima laporan untuk korban bencana tsunami yang mengalami diare.

"Belum ada laporan ke saya, biasanya nanti malam kita evaluasi," kata dia.

Menyinggung penyakit lainnya, seperti cacar, malaria, dan DBD sampai saat ini, menurut Sepri, belum ada keluhan dari masyarakat maupun laporan dari tim medis yang berada di lapangan

"Kalau penyakit serius sampai saat ini belum ada laporannya maupun keluhan dari pengungsi," kata dia.

Sepri menambahkan untuk pencegahan penyakit-penyakit ringan maupun berat pihaknya telah menyiapkan tim pelayanan kesehatan di lapangan untuk mengecek kodisi para pengungsi setiap hari. Pihaknya juga telah menyiapkan obat-obatan untuk pengungsi.

"Setiap hari tim pelayanan kesehatan selalu turun ke titik-titik pengungsian untuk memeriksakan kesehatannya warga," kata dia menerangkan.

Baca juga: ISPA-diare mulai jangkiti pengungsi korban tsunami di Labuan
Baca juga: Pengungsi di SDN Cigeulis mulai diserang penyakit

Pewarta: Triono Subagyo/Damiri
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2018