Padang (ANTARA News) - Kerusakan sejumlah sarana dan fasilitas pada obyek wisata Sumbar akibat gempa beruntun berkekuatan 7,9 Skala Richter (SR) pada Rabu (12/9) sore dan 7,7 SR pada Kamis (13/9) pagi mencapai Rp5 miliar, terparah di Kabupaten Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai. "Cukup banyak objek dan fasilitas wisata di Sumbar yang rusak akibat gempa itu, dan umumnya kini telah mulai diperbaiki pengelolanya," kata Kepala Dinas Seni dan Pariwisata Sumbar, James Hellyward, di Padang, Minggu. Dinas Seni dan Pariwisata Sumbar, katanya, telah melaporkan sejumlah kerusakan tersebut dan ditotal mencapai Rp5 miliar, berupa hotel dan penginapan, jalan, jembatan, dan sarana di lokasi pariwisata. Kerusakan antara lain pada Hotel Lunang di Kecamatan Lunang Silaut dan Masjid Al Iman satu cagar budaya di Kabupaten Pessel, Sumbar. Selain hotel dan penginapan, sarana objek wisata yang mengalami rusak serius yakni Jembatan Aka di Kecamatan Bayang Kabupaten Pessel, gezebo pantai Carocok Painan, dan jalan menuju lokasi itu. Sementara di Kepulauan Mentawai, akibat gempa itu tiga unit dermaga mengalami kerusakan, sedangkan resort-resort asing di daerah itu tidak banyak yang rusak. "Bahkan kegiatan wisata seperti surfing, diving sudah bisa dilakukan," katanya. Sementara di Kota Padang, sejumlah hotel rusak dan perlu segera diperbaiki, yakni hotel Bumimminang, Rocky Plaza Hotel, Inna Muara, Pangeran Beach Hotel dan beberapa hotel melati lainnya. "Kerusakan hotel itu tidak parah karena tidak pada pondasi dan strukturnya, sehingga hanya perlu diperbaiki sedikit saja" katanya. Pihak manajemen hotel, katanya, telah mulai memperbaiki kondisi hotelnya guna mengantisipasi melonjaknya tingkat hunian pada masa Idul Fitri. "Kini tingkat hunian hotel menurun sekitar 80 hingga 90 persen, namun bukan akibat gempa tapi karena bulan puasa Ramadhan," katanya. Dia mengatakan, seminggu menjelang lebaran akan terjadi peningkatan kunjungan wisatawan ke Sumbar, dan tingkat hunian hotel dipastikan penuh di antaranya berasal dari perantau yang ingin lebaran ke kampung halamannya dan wisatawan asing lainnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007