Dua faktor lainnya untuk penguatan rupiah adalah kredibilitas kebijakan yang ditempuh oleh BI, maupun pemerintah, dan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga Rabu siang ini masih terlalu murah (undervalued) namun dalam beberapa waktu ke depan, Bank Sentral menegaskan potensi penguatan kurs terbuka lebar.

Hingga Rabu siang pukul 14.00 WIB, nilai rupiah diperdagangkan sebesar Rp14.465 untuk satu dolar AS di pasar spot, atau melemah 19 poin dibanding saat pembukaan pasar Rabu pagi.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo di Jakarta, Rabu, mengatakan meski masih terlalu murah, ruang penguatan untuk mata uang Garuda cukup terbuka, terutama karena berkuranganya potensi dana keluar setelah sinyalemen Bank Sentral AS Federal Reserve yang "memotong" perkiraan frekuensi kenaikan suku bunganya tahun ini.

Di akhir 2018 lalu, BI memperkirakan The Federal Reserve akan menaikkan suku bunganya menjadi hanya dua kali dari perkiraan sebelumnya sebanyak tiga kali.

Selain itu, sebagai otoritas moneter, Perry berjanji akan mengoptimalkan langkah stabilisasi pasar tahun ini dengan berbagai instrumen seperti intervensi yang terukur, barter valas (swap), maupun Domestik- NDF (DNDF).

"Dua faktor lainnya untuk penguatan rupiah adalah kredibilitas kebijakan yang ditempuh oleh BI, maupun pemerintah, dan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah," kata Perry.

Di 2019, BI mengklaim optimistis bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia akan menurun menjadi 2,5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dari kisaran tiga persen PDB di 2018.

Sepanjang 2018, ketika tekanan eksternal sedang tinggi menerpa pasar keuangan Indonesia, rupiah terdepresiasi 5,9 persen, dengan tingkat volatilitas delapan persen.

Baca juga: BI optimistis rupiah stabil dan menguat 2019

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019