Meski kondisi global tetap menantang, para pelaku pasar memprediksi kondisi ekonomi Indonesia pada 2019 akan membaik
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore ini menguat sebesar 40 poin ke posisi Rp14.410 dibandingkan sebelumnya Rp14.450 per dolar AS.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong di Jakarta, Kamis mengatakan penutupan Pemerintah Amerika Serikat menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah.

"Pasar menilai, penutupan pemerintah AS akan memperlambat ekonominya sehingga memicu pelepasan terhadap aset berdenominasi dolar AS dan beralih ke negara dengan prospek ekonomi positif, salah satunya Indonesia," ujarnya.

Menurut dia, ekonomi nasional relatif cukup kondusif, data inflasi yang terkendali memberi harapan pertumbuhan ekonmi nasional.

Di sisi lain, lanjut dia, perlambatan kenaikan suku bunga Federal Reserve pada 2019 juga menjadi faktor yang memicu dolar AS tertekan dan berdampak pada apresiasi rupiah.

Sementara itu, Direktur Strategi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengatakan meski kondisi global tetap menantang, para pelaku pasar memprediksi kondisi ekonomi Indonesia pada 2019 akan membaik.

"Kebijakan untuk mendorong daya beli dan meningkatkan produktivitas baik dalam sektor manufaktur maupun pariwisata dapat menjadi landasan bagi perekonomian nasional," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (3/1), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.474 dibanding sebelumnya (2/1) di posisi Rp14.465 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah melemah seiring antisipasi pasar terhadap data ekonomi AS
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah kekhawatiran pertumbuhan global

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019