Jenewa (ANTARA News) - Delapan kasus baru Ebola ditemukan di Republik Demokratis Kongo (DRC), sehingga jumlah korban dari penyakit itu menjadi 17 orang, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selasa. Juru bicara WHO, Fadela Chaib, mengatakan bahwa enam dari ke-17 korban Ebola itu tewas di provinsi wilayah selatan Kasai Occidental. Jumlah kematian Ebola itu bisa meningkat, sementara hasil pengujian laboratorium lebih lanjut masih ditunggu dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), katanya. Ebola, yang mengakibatkan kematian pada 50 hingga 90 persen korban, ditularkan melalui kontak dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh lain dari orang yang terjangkit. Gejala-gejala penyakit itu dimulai dengan demam dan nyeri otot, yang disusul kemudian dengan muntah-muntah, diare dan dalam sejumlah kasus terjadi pendarahan. Penyakit-penyakit tipus dan Shigella juga dikonfirmasi terjadi di Kasai Occidental, dimana pihak berwenang melaporkan 170 kematian diantara 400 orang yang sakit dalam lima bulan terakhir, kata jurubicara WHO tersebut. "Jumlah orang yang dirawat di pusat-pusat kesehatan dan rumah sakit lambat-laun berkurang," kata Chaib. Ahli-ahli internasional sedang memeriksa catatan rumah sakit dan menghubungi anggota keluarga untuk menyelidiki penjangkitan penyakit-penyakit itu, katanya. Ia menambahkan bahwa diperlukan waktu untuk bisa memahami apa yang terjadi dan apa yang menyebabkan kematian itu. Dua laboratorium bergerak yang disediakan oleh AS dan Kanada mulai beroperasi Selasa, sehingga para ahli itu bisa memperoleh hasil pengujian dengan cepat. Pesan-pesan disiarkan di radio dan televisi untuk memperingatkan penduduk mengenai bagaimana menghindari penularan penyakit Ebola, yang bisa terjadi di acara pemakaman dimana pelayat melakuian kontak langsung dengan jenazah korban. Tidak ada kasus Ebola yang dilaporkan terjadi di DRC timur, dimana pertempuran hebat berlangsung beberapa pekan terakhir ini antara pasukan pemerintah dan pemberontak, yang membuat ribuan warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka, demikian laporan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007