Tengku Abdullah Sultan Ahmad Shah dan Pham Ngoc Vien tak perlu menunggu vonis pengadilan untuk memberi teladan kepada para pecinta sepakbola Malaysia dan Vietnam, bahwa sepakbola itu adalah dunia di mana sportivitas dijunjung tinggi melebihi kemuliaan manusia itu sendiri. Saat sebelum memberi teladan kepada publik tersebut, Tengku Abdullah adalah Wakil Presiden Asosiasi Sepakbola Malaysia (FAM), sedangkan Ngoc Vien adalah Sekretaris Jenderal Federasi Sepakbola Vietnam (VFF). "Dengan penuh sesal saya menginformasikan kepada anda bahwa hari ini saya telah memutuskan untuk melepaskan semua jabatan saya di FAM," kata Tengku Abdullah dalam satu surat via faksimili kepada Kantor Berita Bernama (Reuters, 15/7). Tengku tak menyebutkan alasan pengunduran dirinya, namun sudah mencari rahasia umum bahwa Tengku kecewa berat pada prestasi Tim Nasional Malaysia dalam kiprahnya selama Piala Asia Juni lalu. Ia mengkritik keras Pelatih Norizan Bakar setelah Malaysia dibantai Cina 5-1 dan 5-0 oleh Uzbekistan. Pemerintah dan rakyat Malaysia sendiri sama berangnya dengan Tengku seusai menyaksikan kekalahan sangat menyakitkan timnas kesayangan mereka itu. Tak hanya karena merasa bertanggungjawab atas pencapaian kelam Malaysia di Piala Asia, Anggota Eksekutif Federasi Sepakbola Asia (AFC) ini juga tertekan menyusul krisis tur sepakbola Juara Liga Inggris Manchester United ke Malaysia yang didesak AFC untuk dibatalkan karena bertepatan dengan Piala Asia. Yang jelas, Tengku Abdullah tidak melakukan perbuatan kriminal sehingga mesti memutuskan tak lagi memimpin organisasi sepakbola yang di mana pun di dunia ini selalu menempatkan perilaku sportif pemain, pelatih, wasit, dan pengurusnya pada peringkat tertinggi. Dua tahun sebelumnya, pada 2005, Pham Ngoc Vien, Sekretaris Jenderal Federasi Sepakbola Vietnam (VFF) mengundurkan diri dari jabatannya menyusul rangkaian ketidakberhasilan Vietnam menembus berbagai turnamen internasional yang diikuti negeri itu. Menurut Kantor Berita Vietnam (VNA), Ngoc Vien yang sejak Oktober 1997 memimpin VFF telah melakukan berbagai kekeliruan dalam mengontrak pelatih asing termasuk pelatih asal Brazil Edson Tavares yang segera mengundurkan diri begitu Vietnam gagal di Turnamen Piala Tiger 2004. Namun kesalahan terbesar yang dilakukan Ngoc Vien adalah memecat pelatih Kesebelasan Vietnam Usia 23 Tahun, Christian Letard pada Agustus 2002. Pemecatan ini berujung sanksi denda FIFA kepada VFF sebesar 197 ribu dolar AS karena VFF hanya membayar Letard lima bulan dari 18 bulan ia bekerja melatih Vietnam. VFF malu berat dengan denda ini sehingga Ngoc Vien pun didesak mundur untuk memulihkan kredibilitas VFF dan mengembalikan kepercayaan dunia pada sepakbola Vietnam. Intervensi Tengku Abdullah dan Ngoc Vien mungkin pantas mengundurkan diri karena melakukan kesalahan yang berkaitan langsung dengan sepakbola, tapi jangan dulu membela diri karena banyak pengurus sepakbola yang mengundurkan diri karena perilaku di luar lapangan. Salah seorang di antaranya adalah Glenn Hoddle, pelatih tim nasional Inggris sebelum era Sven Goran Eriksson dan Steve McClaren. Hoddle tak melukai siapa pun, tak pula divonis pengadilan karena telah mencuri uang rakyat. Ia hanya keceplosan menyebut orang cacat sebagai kutukan. Ucapannya ini dikutip sekenanya oleh The Times yang mewancarainya, tidak dalam konteks pengertian utuh sesuai dengan keyakinan religius Hoddle. Tapi bagi Inggris, negeri di mana para tokoh publik apa pun termasuk pengurus sepakbola dituntut untuk memiliki empati sosial dan berucap serta berperilaku etis layaknya seorang gentleman, ucapan Hoddle tak bisa dimaafkan. Sebagian warga Inggris bahkan menyatakan, orang selancang Hoddle tak boleh diijinkan memimpin tim sepakbola yang dipandang rakyat Inggris lebih dari sekedar permainan menendang bola, tapi juga berkaitan dengan etika dan moral. Situasi makin pelit manakala pemerintah yang biasanya tak pernah mengintervensi urusan teknis olahraga ikut-ikutan mengomentari laku Hoddle tersebut. "PM Tony Blair pasti akan terkejut jika Hoddle tetap menjadi pelatih Tim Nasional Inggris," kata Menteri Olah Raga Tony Banks seperti ditulis Wikipedia. Beberapa saat kemudian PM Tony Blair berbicara. "Ucapan Hoddle itu amat keliru. Akan sangat sulit bagi dia untuk tetap dalam jabatannya," kata Blair. Di bawah tuduhan media massa dan para tokoh sepakbola bahwa Tony Blair telah mengintervensi urusan sepakbola, Football Association (FA) kemudian memecat Hoddle pada Februari 1999 dari jabatan pelatih tim nasional Inggris. FA tak ingin reputasi sepakbola Inggris tercoreng hanya karena mempertahankan seseorang yang ternyata tak bisa menjaga perilakunya sehingga menyeberang dari spirit sportivitas. Jika seorang dalam krisis moral kukuh bertahan dalam jabatan dan enggan berunjuk sikap ksatria untuk mundur demi sportivitas olahraga, sudah saatnya "intervensi" dilakukan guna mencegah dikotomi antara semangat sportivitas sepakbola dan pengabaian semangat itu oleh pengurusnya. Inilah yang mendasari FA mengambil tindakan terhadap Hoddle. "Sepakbola Inggris telah direndahkan oleh keyakinan aneh Glenn Hoddle," kata Kepala Gugus Tugas Sepakbola David Mellor (BBC Online, 3 Februari 1999). Selidik punya selidik, pengunduran Tengku Abdullah dan Ngoc Vien kabarnya juga tak murni sebagai kesadaran moral dua petinggi PSSI-nya Malaysia dan Vietnam itu. Kedua orang itu telah "diyakinkan" oleh orotitas setempat bahwa mundur dari jabatan akan sangat baik daripada membuat organisasi sepakbola tertendang ke kubangan krisis kepercayaan publik. (*)

Oleh Oleh A. Jafar M. Sidik
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007