Cirebon (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan, revitalisasi pabrik gula di Pulau Jawa akan terus berjalan, namun tidak dilakukan terhadap semua pabrik gula yang berjumlah 52 karena pelaksanaannya akan didasarkan atas kajian Kementerian BUMN dan Perbankan. "Berapa pabrik gula yang akan direvitalisasi itu akan dibahas pada Rapat Teknis dengan Kementerian BUMN minggu depan," katanya kepada wartawan usai melakukan kunjungan ke sejumlah industri furnitur rotan di Kabupaten Cirebon, Jawa barat, Rabu. Ia mengungkapkan, belum semua perusahaan mengajukan program revitalisasi itu, namun untuk merealisasikan program revitalisasi dan pembangunan pabrik gula baru butuh dana Rp9,7 triliun. Revitalisasi itu merupakan salah langkah menuju swasembada gula pada tahun 2009, dimana produksi gula tahun 2006 yang tercatat sebesar 2,3 juta ton akan ditingkatkan menjadi 3,3 juta ton pada tahun 2009. Pada bagian lain, Fahmi mengatakan selain revitalisasi pabrik gula, juga akan dilakukan perluasan kebun tebu 70.000 hektar, penggantian "ratun" yang sudah 10 sampai 15 kali dipanen, dan pemakaian bibit tebu hibrida. Ia menjelaskan, bibit yang sekarang dipakai terlalu kecil ukuran batangnya sehingga ke depan akan diganti bibit hibrida dengan hasil produksi yang lebih baik, namun dengan bibit baru itu maka tidak ada lagi sistem "ratun" pada budidaya tebu karena bibit hibrida hanya sekali pakai. "Saya yakin dengan revitalisasi pabrik serta tiga upaya lainnya itu bisa mendongkrak produksi gula nasional sampai satu juta ton," katanya. Ia juga mengungkapkan, akan berdiri empat pabrik gula baru, dua di antaranya di Nusa Tenggara Timur dan Nangroe Aceh Darussalam. Sementara Ketua DPD APTRI Jawa Barat, Anwar Asmali, mengatakan program revitalisasi dalam praktek di lapangan tidak seagresif seperti yang diprogram sebelumnya, namun program itu harus terus dilaksanakan supaya petani tidak selalu dirugikan. "Revitalisasi pabrik yang sudah tua merupakan harga mati, dan harus dilaksanakan setelah tutup giling tahun ini, supaya musim giling berikutnya petani sudah menikmati hasil giling mesin-mesin baru," katanya. Ia mengungkapkan, akibat mesin tua di sejumlah pabrik gula petani menderita kerugian cukup besar karena beda rendemen tebu dari pabrik tua dengan pabrik dengan mesin baru bisa mencapai dua persen lebih. "Jika pabrik tua rendemen hanya berkisar tujuh persen, maka dengan mesin baru minimal bisa mencapai sembilan persen," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007