Jakarta (ANTARA News) - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2007 membukukan surplus sekitar 3,6 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan dibandingkan surplus triwulan II 2006 yang mencapai 3,4 miliar dolar AS. Direktur Perencanaan Strategis dan Humas Bank Indonesia (BI), dalam siaran persnya yang diterima ANTARA, Jumat, mengatakan neraca transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial memberikan kontribusi yang positif terhadap surplus NPI. Transaksi berjalan tercatat surplus sekitar 2,6 miliar dolar AS, lebih besar dibanding surplus triwulan II 2006 sebesar 1,7 miliar dolar AS, sedangkan transaksi modal dan finansial tercatat surplus sekitar 2,1 miliar dolar AS, lebih besar dibanding surplus triwulan II 2006 sebesar 25 juta dolar AS. Untuk keseluruhan tahun ini, NPI diperkirakan masih surplus cukup besar, yaitu sekitar 11,5 miliar dolar AS. Kontribusi terbesar masih berasal dari transaksi berjalan yang diperkirakan surplus sekitar 10,8 miliar dolar AS (2,5 persen dari PDB), lebih tinggi dibanding tahun 2006 senilai 9,9 miliar dolar AS. Prospek transaksi berjalan yang membaik tersebut terutama didorong oleh kuatnya kinerja ekspor nonmigas yang ditopang oleh pertumbuhan ekonomi dunia yang lebih baik dan harga-harga komoditas ekspor yang masih meningkat. Sementara itu, transaksi modal dan keuangan pada 2007 diperkirakan surplus sekitar 2,6 miliar dolar AS, hampir sama dengan 2006. Surplus transaksi modal dan keuangan sempat meningkat tajam pada semester I 2007 sehingga mencapai 4,4 miliar dolar AS. Namun, pada semester II 2007 surplus tersebut diperkirakan menurun sebagai dampak dari menurunnya arus masuk modal portofolio pasca krisis `Sub-prime Mortgage Loan` di Amerika Serikat. Sejalan dengan surplus NPI, cadangan devisa diperkirakan meningkat dari 42,6 miliar dolar pada akhir 2006 menjadi sekitar 54,4 miliar dolar AS pada akhir 2007 atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Komponen utama transaksi berjalan yang mengalami surplus selama triwulan II 2007 adalah neraca perdagangan nonmigas, neraca perdagangan gas, dan neraca transfer berjalan. Neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus senilai 7,0 miliar dolar AS, lebih tinggi dibanding surplus triwulan II 2006 yang 5,7 miliar dolar AS. Peningkatan surplus ini disebabkan oleh kenaikan nilai ekspor nonmigas yang melebihi kenaikan nilai impor nonmigas. Masih tingginya permintaan dunia menyebabkan nilai ekspor nonmigas tumbuh 20,2 persen "year on year", lebih tinggi dibanding angkat triwlan II 2006 yang 15,0 persen. Di sisi lain, nilai impor nonmigas tumbuh sekitar 19,3 persen "year on year" -- triwulan II 2006 minus 0,8 persen -- yang disebabkan masih tingginya pertumbuhan konsumsi dan ekspor. Sementara itu, turunnya volume ekspor gas menyebabkan surplus neraca perdagangan gas hanya mencapai 2,9 miliar dolar AS, lebih rendah dari surplus triwulan II 2006 yang 3,1 miliar dolar AS. Pada periode yang sama, kenaikan transfer masuk gaji TKI di luar negeri menyebabkan neraca transfer berjalan tercatat surplus sekitar 1,3 miliar dolar AS, lebih tinggi dari surplus triwulan II 2006 yang 1,2 miliar dolar AS. Adapun komponen utama transaksi berjalan yang mengalami defisit adalah neraca perdagangan minyak, neraca jasa, dan neraca pendapatan. Neraca perdagangan minyak tercatat defisit 1,6 miliar dolar AS, turun dibanding triwulan II 2006 yang 1,8 miliar dolar AS. Penurunan defisit ini disebabkan tingginya harga minyak dan kenaikan volume ekspor minyak mentah. Sebaliknya, neraca jasa mengalami peningkatan defisit menjadi 2,8 miliar dolar AS, lebih tinggi dibadning triwulan II 2006 yang 2,4 miliar dolar AS, terutama akibat meningkatnya biaya angkut impor. Peningkatan defisit juga terjadi pada neraca pendapatan menjadi 4,4 miliar dolar AS, lebih tinggi dari triwulan II 2006 yang 4,1 miliar dolar AS, terutama akibat meningkatnya transfer keuntungan perusahaan PMA. Investasi dan cadangan devisa Pada triwulan II 2007, di antara komponen-komponen utama transaksi modal dan keuangan, investasi langsung di Indonesia (PMA) dan investasi portofolio mengalami surplus, sedangkan investasi lainnya mengalami defisit. Investasi langsung di Indonesia (PMA) tercatat surplus 1,3 miliar dolar AS, lebih tinggi dari triwulan II 2006 yang 1,1 miliar dolar AS. Kenaikan surplus ini antara lain didorong oleh naiknya keuntungan perusahaan PMA yang ditanamkan kembali (reinvested earnings), mulai membaiknya iklim investasi, dan meningkatnya akuisisi perusahaan domestik oleh investor asing. Surplus pada Investasi Portofolio (sisi kewajiban) tercatat sekitar 5,7 miliar dolar AS (TW II-2006 defisit 0,7 miliar dolar AS). Kenaikan surplus ini, terutama berupa pembelian SUN dan SBI oleh investor asing, disebabkan oleh kondisi pasar finansial internasional yang masih likuid, perbedaan suku bunga yang masih tinggi, dan kestabilan makroekonomi domestik yang terjaga. Sementara itu, Investasi Lainnya (sisi kewajiban) mencatat defisit sekitar 2,0 miliar dolar AS (TW II-2006 defisit 0,9 miliar dolar AS), antara lain karena meningkatnya pembayaran utang luar negeri pemerintah. Sejalan dengan perkembangan neraca pembayaran tersebut, cadangan devisa meningkat dari 47,2 miliar dolar AS pada akhir Maret menjadi 50,9 miliar dolar AS pada akhir Juni 2007. Jumlah cadangan devisa ini setara dengan kebutuhan pembayaran impor dan kewajiban utang luar negeri pemerintah selama 5,2 bulan. Sesuai perkembangan, dapat diinformasikan bahwa sampai dengan akhir Agustus 2007, cadangan devisa tercatat sebesar 51,4 miliar dolar AS atau setara dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007