London (ANTARAn News) - Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Jerman dan Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria menandatangani persetujuan tiga pihak mengenai Inisiatif Konversi Utang untuk Kesehatan (Debt2Health Initiative) pada pertemuan "Second Replenishment Meeting of the Global Fund" yang berlangsung selama dua hari 27-28 September di Berlin, Jerman. Penandatanganan dilakukan Duta Besar RI untuk Jerman, Makmur Widodo, mewakili Pemerintah RI, dengan Wolfgang Kroh, Anggota Board of Managing Directors KfW mewakili Pemerintah Jerman, dan Direktur Eksekutif Global Fund, Dr. Michel Kazatchkine, disaksikan Heidemarie Wieczorek-Zeul, Menteri Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Jerman. Menurut Wahyu Hersetiati Priyanto, Konsuler Fungsi Sosial Budaya dan Promosi Investasi Perdagangan dan Pariwisata di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin dalam keterangannya kepada ANTARA News di London mengemukakan, persetujuan konversi utang tiga pihak ini adalah yang pertama kali di dunia, yang merupakan kombinasi antara persetujuan bilateral dan komitmen multilateral. Secara teknis, dengan "restricted contribution" Indonesia kepada Global Fund tersebut, selanjutnya Indonesia dikategorikan sebagai negara donor bagi Global Fund, ujarnya. Dengan persetujuan itu, maka Pemerintah Jerman setuju menghapuskan utang senilai 50 juta Euro, dengan syarat Indonesia memberikan "restricted contribution" senilai 25 juta Euro (separuh dari nilai utang yang dihapuskan) kepada Global Fund to Fights AIDS, Tuberculosis and Malaria. Dikatakannya, dana tersebut akan disalurkan kembali oleh Global Fund untuk membiayai program pemberantasan HIV/AIDS, tuberkulosa dan malaria di Indonesia melalui Country Coordinating Mechanism (CCM), yang beranggotakan berbagai pihak seperti pemerintah, LSM, civil society, sektor swasta dan perwakilan lembaga donor multilateral. Menteri Wieczorek-Zeul menyampaikan Pemerintah Jerman telah memberikan komitmen debt conversion bagi inisiatif "Debt2Health" senilai 200 juta Euro, dan Indonesia adalah negara pertama yang menjadi mitra Jerman dalam inisiatif itu. Wieczorek-Zeul juga menekankan peran penting Global Fund dalam pemberantasan penyakit menular seperti HIV/AIDS, tuberkulosa dan malaria yang menjadi perhatian pemerintah Jerman sejak awal inistaitif program tersebut. Sementara itu, Makmur Widodo menyampaikan penghargaan atas peran penting Jerman yang telah mempelopori pengembangan dan implementasi mekanisme "debt swap". Ia berkeyakinan, inisiatif dan mekanisme baru tersebut akan sangat bermanfaat bagi Indonesia dalam rangka pemberantasan HIV/AIDS, tuberkulosa dan malaria. Dikatakannya, peran penting Jerman lainnya yang masih segar dalam ingatan bangsa dan rakyat Indonesia adalah bantuan yang diberikan dalam proses pembangunan kembali Aceh paska bencana Tsunami. Sementara itu, Dr. Michel Kazatchkine juga menyatakan keyakinannya bahwa mekanisme baru tersebut akan dapat melengkapi mekanisme pendanaan tradisional yang ada selama ini dalam rangka penanganan isu-isu global dimaksud. Menurut Wahyu Hersetiati Priyanto, agak berbeda dari perjanjian "debt swap" bilateral yang selama ini ditandatangani Indonesia dan Jerman, dengan persetujuan tiga pihak antara Indonesia, Jerman dan Global Fund ini, maka utang Indonesia senilai 50 juta Euro langsung dihapuskan begitu Pemerintah RI melunasi kontribusinya kepada Global Fund yang akan dibayarkan selama lima tahun mulai 2008 melalui International Bank for Reconstruction and Development/Bank Dunia. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007