Tokyo (ANTARA News) - Kematian jurnalis Kenji Nagai (50) hingga akhir pekan masih tetap menjadi berita hangat di Jepang, bahkan membuat Negeri Sakura itu gusar dengan sikap represif junta militer Myanmar dalam menangani demonstrasi damai anti pemerintah yang masih berlangsung marak di Yangoon, Ibukota Myanmar. Juru bicara Kementrian Luar Negeri Jepang Mitsuo Sakaba kepada ANTARA News di Tokyo, Sabtu, mengatakan, pemerintah Jepang melihat persoalan ini sebagai sesuatu yang serius, terlebih setelah jatuhnya korban jiwa wartawan Jepang, Kenji Nagai, dalam aksi tersebut. Kematian wartawan foto dan jurnalis video APF itu tidak saja membuat kalangan pemerintah gusar, tetapi juga sejumlah anggota parlemen Jepang yang menginginkan berkembangnya demokrasi di Myanmar. Mereka bahkan menyerukan pemerintah Jepang mempertimbangkan kembali program bantuannya yang disalurkan melalui ODA (Official Development Assistance) untuk Myanmar. Orang nomor satu di Pemerintahan Jepang, PM Fukuda sampai-sampai perlu memberikan reaksinya bahwa pemberian sanksi bukan merupakan langkah yang tepat, meski Jepang tetap perlu untuk bersikap tegas. "Langkah Jepang akan ditentukan setelah memperoleh pertimbangan yang matang atas situasi yang berkembang di Myanmar," ujar Fukuda Jumat lalu seperti dikutip NHK. Namun pejabat senior di Kementrian Luar Negeri mengutarakan bahwa jadi tidaknya sanksi atas Myanmar baru bisa dipastkan setelah Jepang bertemu dengan China dan Rusia. "Wakil Menlu Mitoji Yabunaka akan berangkat hari Minggu (30/9) ke Myanmar, untuk meminta klarifikasi kematian wartawan Jepang," ujar Sakaba. Yabunaka sengaja dikirim untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan Jepang sebelum memberikan sanksi. Menlu Jepang sendiri Masahiko Koumura mengadakan pertemuan dengan Menlu Myanmar Nyan Win di New York, Jumat (28/) dan meminta pemerintah junta militer Myanmar menghentikan segera aksi represif yang dilakukannya dalam menangani demonstrasi damai di Yangoon. Koumura juga meminta Myanmar memberikan penjelasan selengkapnya atas kematian jurnalis Jepang tersebut.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007