Palu (ANTARA News) - Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Muhammad Ismail Yusanto, mengatakan penerapan syariat Islam di Indonesia mendapat tantangan dari kalangan tokoh ummat Islam sendiri. "Masih banyak tokoh Islam yang menentang penerapan syariat Islam di Indonesia dan ini sangat disayangkan," kata Ismail Yusanto saat menjadi pembicara seminar nasional bertema "Kesiapan Umat Islam Menyongsong Tegaknya Syariat" di Palu, Sabtu. Menurut dia, sekalipun mendapat tantangan, peluang penerapan syariat Islam masih terbuka lebar karena sistem sekuler yang diterapkan saat ini telah gagal menyelesaikan berbagai krisis yang ada. Selain itu, semangat keber-Islam-an meningkat dan penerapan syariat Islam secara terbatas telah berlaku di sejumlah daerah di Tanah Air. Iklim keterbukaan, katanya, juga menjadi peluang untuk terus menyuarakan syariat di negara ini. "Memang masih ada tantangan, tapi peluang juga ada yang dapat digunakan untuk terus menyuarakan penerapan syariat," katanya. Menurut Ismail Yusanto, Indonesia saat ini sedang menangis. Negara yang berpenduduk mayoritas Islam di dunia ini kembali mejadi negara miskin dengan beban utang lebih Rp2.000 triliun. Selain itu, korupsi merajalela, hukum dipermainkan, kebebasan yang melampaui batas serta kemaksiatan merajalela. Padahal, Indonesia memiliki areal hutan paling luas di dunia, tanah subur dan alam yang indah, potensi laut dan tambang melimpah. Menurut dia, ada tiga pendekatan analisa penyebab krisis di Indonesia. Pendekatan ekonomi memandang lemahnya fundamental ekonomi, neraca perdagangan defisit, hutan luar negeri tinggi. Sementara pendekatan politis berpendapat, berkuasanya rezim yang korup dengan tatanan yang tidak demokratis. "Sedangkan pendekatan yang radikal menilai sistem yang dipakai dewasa ini sudah salah dan perlu diganti dengan syariat Islam. Pendekatan terakhir ini adalah yang paling tepat," demikian Ismail Yusanto.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007