Jakarta (ANTARA News) - Di era internet seperti sekarang ini, keamanan data bagi seluruh perusahaan merupakan prioritas utama sehingga banyak yang rela menggelontorkan banyak dana untuk memproteksi data-data tersebut.

Pertanyaan yang muncul belakangan ini soal keamanan data adalah di mana sebaiknya data tersebut di simpan, apakah harus berada di negara yang bersangkutan atau dapat berada di mana saja?

Amazon Web Services ASEAN Technology Evangelist, Donnie Prakoso menilai jika berhubungan dengan keamanan data, lokasi sebetulnya tidak selalu berhubungan dengan keamanan siber.

"Keamanan siber tidak berhubungan dengan lokasi fisik data karena setiap server yang tersambung ke internet punya kemungkinan kena serangan," kata Donnie kepada media saat acara di Jakarta, Kamis.

Meski pun berargumen demikian, dalam hal Indonesia, tidak berarti data tidak boleh berada di dalam negeri. Menurut dia, hal yang perlu diperhatikan mengenai keamanan data adalah bagaimana keamanan infrastruktur data tersebut berada.

"Dalam konsep keamanan siber, keamanan infrastruktur fisik lebih penting, bukan cuma tempat data," kata dia.

Selain keamanan infrastruktur, siapa yang memiliki data dan memiliki kontrol terhadap data juga akan berpengaruh terhadap keamanna data tersebut.

Untuk memproteksi data, perusahaan perlu membuat keamanan berlapis dengan memanfaatkan berbagai teknologi, mulai dari virtual private cloud hingga firewall. AWS juga menggunakan machine learning untuk mendeteksi serangan siber.

Secara global, AWS beroperasi di 20 wilayah geografis dan memiliki 60 Zona Ketersediaan, mereka berencana untuk menambah 12 zona ini dan empat wilayah di Bahrain, Hong Kong, Swedia dan AWS GovCloud Region kedua di Amerika Serikat.


Baca juga: Tips menghindari kebocoran data saat liburan

Baca juga: Indonesia inginkan peraturan bersama keamanan siber ASEAN

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019