Jakarta (ANTARA News) - Sistem Pemantau Air Lahan Gambut (Sipalaga) adalah sistem yang digunakan pemerintah untuk mencegah kekeringan dan kebakaran lahan gambut.

Kepala Badan Restorasi Gambut Nazir Foead saat ditemui usai acara peringatan "Tiga Tahun Restorasi Gambut" di Jakarta, Selasa, mengatakan Sipalaga dapat membantu untuk memantau tinggi muka air di ekosistem gambut secara langsung.

"Selama ini yang belum ada adalah peta kebasahan gambut, dengan kerja sama dengan BPPT maka kami kembangkan sipalaga dengan memasang sensor di lahan gambut kita dapat memantau tingkat kebasahan lahan," kata Nazir.

Sistem ini akan merekam tingkat kebasahan gambut, temperatur dan tinggi muka air, dengan ditambah dengan data ramalan cuaca 10 hati ke depan dari BMKG maka Sipalaga akan melengkapi upaya pencegahan dini terhadap kebakaran hutan gambut.

Selain untuk mengetahui tinggi muka air di ekosistem gambut, melalui sistem tersebut juga dapat mengetahui kinerja intervensi infrastruktur pembasahan dan pertimbangan dalam melakukan intervensi tata kelola air di lahan gambut.

Hingga Desember 2018 , sudah ada 142 alat pemantau tinggi muka air yang dipasang di tujuh provinsi kerja Badan Restorasi Gambut (BRG), yaitu  72 alat di Riau, 13 alat di Jambi, 21 alat di Sumatera Selatan, 12 alat di Kalimantan Barat, 42 alat di Kalimantan Tengah, dan lima alat di Kalimantan Selatan.

Pada 2019, akan ditambah 30 alat pemantau tinggi muka air, di Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan tengah dan Kalimantan Selatan.

Badan Restorasi Gambut (BRG) secara gotong royong telah membahasi sekitar 62 persen lahan gambut atau 679.901 hektare di luar konsesi.

Nazir Foead mengatakan BRG punya kewajiban merestorasi 1,1 juta hektare lahan gambut hingga 2020, dengan capaian tersebut maka, BRG tinggal merestorasi sekitar 400 ribu hektare lahan gambut.

Baca juga: BRG: lahan gambut Riau rawan kebakaran
Baca juga: BRG riset aksi darurat penanggulangan kebakaran hutan-lahan

 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019