Serang (ANTARA News) - Nur (45) dan Roslani (35), dua nelayan asal Kecamatan Kronjo, Tangerang, Banten, belum juga ditemukan, setelah kapalnya yang ditumpangi bersama tiga nelayan lainnya tertabrak kapal besar di sekitar perairan Pulau Tunda, Serang, Kamis malam lalu. "Kami terus melakukan pencarian sepanjang Pulau Tunda dan Pulorida dengan mengerahkan empat kapal, hari ini akan melakukan penyisiran disepanjang pesisir pantai" kata Direktur Polair Polda Banten AKBP Alex Fauzi Rasad saat dikonfirmasi ANTARA di Serang, Selasa. Menurut Alex, pencarian dua nelayan yang belum ditemukan tersebut akan dilakukan hingga hari Jumat atau H-7 Lebaran. Namun ia berharap sebelum H-7 korban sudah bisa ditemukan karena diperkirakan dua nelayan tersebut masih berada disekitar perairan Pulau Tunda dan Pulorida. Tim SAR Polair Polda Banten mengerahkan sekitar 36 personil dengan dua kapal dari Polair Polda Banten dan dua Kapal dari Mabes Polri dan pencarian tersebut sudah dilakukan hingga jarak sekitar 30 mil dari lokasi tertabraknya kapal yang ditumpangi lima nelayan tersebut. Sebagaimana diberitakan sebelumnya , lima nelayan asal Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang mengalami kecelakaan di sekitar Perairan Pulau Tunda, Serang , Banten pada Kamis malam (27/9) sekitar pukul 00.00 WIB. Kecelakaan ini disebabkan kapal yang ditumpanginya diduga tertabrak Kapal tangker setelah beberapa menit para nelayan tersebut lego jangkar di sekitar perairan itu. Dari lima nelayan tersebut, tiga orang berhasil diselamatkan Kapal yang melintasi antara Pelabuhan Bakauheni-Merak, ketiga korban selamat adalah Markum (37), Syar`i (30) dan Maryudi (28). Ketiganya bertahan dan terapung di perairan Selat Sunda tersebut selama dua hari dua malam hanya dengan menggunakan kayu sisa dari pecahan kapal yang hancur akibat tertabrak kapal besar. Alex mengatakan, dugaan kemungkinan kapal besar yang menabrak kapal nelayan tersebut adalah tanker bisa saja terjadi, karena lokasi tersebut merupakan perlintasan kapal tanker dan terdapat Pos Pertamina atau Boring.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007