Jakarta (ANTARA News) - Menteri Sekretaris Negara yang juga menjabat sebagai anggota Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Hatta Rajasa mengatakan, "human capital" atau faktor manusia harus ditingkatkan untuk memajukan peradaban Islam. "`Human capital` adalah salah satu kunci untuk memajukan suatu peradaban, termasuk peradaban Islam," katanya dalam dialog peradaban "Islam dan Masa Depan Indonesia: Meneropong Sebuah Pergumulan Peradaban" yang diselenggarakan Center for Information and Development Studies (CIDES) di Jakarta, Kamis. Hatta Rajasa menuturkan, majunya peradaban Islam di masa lampau antara lain karena keberhasilan umat Islam dalam mengintegrasikan secara harmonis antara ilmu pengetahuan rasionalitas-analitis dan ilmu yang bersifat spiritual-moralis. Selama ratusan tahun peradaban Islam, ujar dia, para ilmuwan muslim juga mampu membuka berbagai cabang bidang ilmu tidak hanya ilmu ketauhidan, tetapi juga ilmu lainnya seperti aljabar dan ilmu kedokteran yang sifatnya ilmiah. Selain itu, lanjutnya, peradaban Islam yang berjaya pada abad pertengahan adalah peradaban yang pertama kali melakukan proses internasionalisasi ilmu pengetahuan yang membuka pula ke arah globalisasi awal. "Islam juga yang memperkenalkan berbagai konsep yang berpengaruh pada masa selanjutnya seperti sistem `good governance` yang terdapat dalam Piagam Madinah dalam masa Rasulullah SAW," kata Hatta. Ia memaparkan, kemunduran perbedaan Islam disebabkan oleh perpecahan dan rusaknya Sumber Daya Manusia (SDM) baik secara intelektual maupun moral. Kini, lanjut Hatta, umat Islam di Indonesia juga tertinggal dalam hal inovasi yang merupakan salah satu hal yang dapat mencerminkan daya tahan suatu bangsa dalam menghadapi beragam tantangan di era globalisasi kini. Untuk itu, memajukan peradaban Islam dapat dimulai dengan memajukan pendidikan dan meneruskan kembali tradisi kelimuan yang pernah ada di dunia Islam agar dapat menciptakan manusia yang berkarakter akhlak mulia dan berpikir cerdas, inovatif, kreatif, dan responsif. Sementara itu, pembicara lainnya Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin mengatakan, pertanyaan penting yang harus diajukan adalah apakah Islam merupakan faktor penting dalam masa depan Indonesia? "Sekarang, Islam mungkin masih belum menjadi faktor determinan di Indonesia, yaitu sebagai kekuatan efektif dalam menentukan masa depan Indonesia. Kita masih belum terlihat sebagai `problem solver` dan masih terlihat sebagai `part of the problem`," kata Din Syamsuddin. Untuk itu, ia berpendapat umat Islam harus memiliki strategi kebudayaan atau strategi peradaban yang lebih menampilkan Islam sebagai agama perdamaian dan agama pembawa keadilan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007