Denpasar (ANTARA News) - Departemen Pertahanan (Dephan) Belanda menyerahkan perawatan pesawat DC-10 yang dioperasikan Angkatan Bersenjata Kerajaan Belanda (Royal Netherlands Airforce) kepada PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia. Pesawat DC-10 yang akan menjalani perawatan besar, yakni D-Chek atau "overhaul" selama 45 hari itu, tiba di Hangar GMF di Cengkareng, Jakarta, bertepatan peringatan ke-62 Hari TNI, Jumat, 5 Oktober 2007. Siaran pers GMF AeroAsia yang disampaikan kepada ANTARA News di Denpasar mencatat, pesawat tersebut merupakan satu dari tiga unit DC-10 milik Departemen Pertahanan Belanda yang akan menjalani perawatan di GMF. Kesepakatan kerjasama perawatan itu sendiri ditandatangani pada 29 Agustus 2007 oleh Bimo Agus Prihatono, VP Business Cooperation and Development GMF, dan A.G.J van de Geijn, Director of Procurement Defence Materiel Organisation. Untuk mendapatkan kepercayaan dari Departemen Pertahanan Belanda itu, anak perusahaan Garuda Indonesia tersebut membutuhkan waktu cukup lama, karena dalam ketentuan Pemerintah Belanda, jika ada kerjasama kontrak dengan nilai di atas 5 juta euro, maka harus ada "offset". Aturan "offset" itu menyebutkan, jika Belanda memberikan pekerjaan ke negara lain di atas 5 juta euro, maka warga Belanda harus memiliki pekerjaan juga di negara tersebut senilai 5 juta euro. Menurut Jacky Santoso, Acount Manager GMF, aturan "offset" tersebut berlaku dalam kerjasama Departemen Pertahanan Belanda dengan GMF, karena nilainya di atas 5 juta euro untuk perawatan tiga unit DC-10 yang seluruhnya akan menjalani D-Check di GMF Cengkareng. Setelah pesawat pertama tiba di GMF pada 5 Oktober 2007, akan disusul pesawat kedua tahun 2009 dan pesawat ketiga tahun 2011. "Kalau performance kita bagus, mereka juga akan menyerahkan perawatan C-Check ke GMF," katanya. Selama pesawat DC-10 itu menjalani perawatan di GMF, Royal Netherlands Airforce mengirimkan lima perwakilannya untuk mengawasi proses perawatan pesawat. Kelima perwakilan (representative) itu terdiri atas dua orang dari KLM, dua dari Royal Netherlands Airforce dan seorang dari TAMRO (otoritas penerbangan Belanda). Selain itu, seorang perwakilan dari Boeing akan membantu di GMF untuk penggantian sistem tanker di pesawat tersebut. Sebelum menjalin kesepakatan kerja ini, GMF mengutus dua wakilnya ke Belanda untuk memeriksa kondisi pesawat yang akan dirawat di GMF. "Kita survei sampai dua kali," kata Jacky. Ia menyebutkan, hal itu untuk mengetahui finding yang ada guna menghindari adanya finding berat yang bisa mempengaruhi cost dan asgar pekerjaan bisa tepat waktu. Menurut dia, kesepakatan perawatan tiga pesawat ini memiliki opsi 12 pesawat dengan syarat performance, Turn Around Time (TAT), kualitas, dan service GMF harus memuaskan. Bahkan, Royal Netherlands Airforce akan mengenakan penalti jika kesepakatan kontrak seperti kualitas dan TAT tidak dipenuhi oleh GMF. "Kita berharap pekerjaan ini bisa dikerjakan sesuai dengan isi perjanjian," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007