Oleh Panca Hari Prabowo Jakarta (ANTARA News) - Pada Senin 8 Oktober 2007 bakal menjadi hari bersejarah bagi Fauzi Bowo, karena hari itu adalah hari pertamanya datang ke Balai Kota DKI Jakarta di Jalan Merdeka Selatan bernomor B1 sebagai Gubernur DKI Jakarta guna memimpin pemerintahan ibukota negara hingga 2012. Pria kelahiran Jakarta 10 April 1948 tersebut bukanlah orang baru di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Lulusan Fakultas Teknik Universitas Indonesia pada 1967 itu mulai bekerja pada birokrasi pemerintahan Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta sejak 1975. "Kalau kita menjadi pejabat, jangan sekali-kali kita merasa lebih tahu daripada masyarakat. Kita harus lebih banyak mendengar aspirasi rakyat, aspirasi secara tidak langsung dapat disampaikan melalui lembaga perwakilan rakyat," kata Fauzi Bowo, saat berkampanye sebelum berlangsungnya Pilkada lalu. Apa yang disampaikan "Bang Kumis", panggilan populis saat masa kampanye berlangsung itu, cukup menggambarkan bagaimana kompleksnya masalah di Jakarta. Dalam sebuah kesempatan, Gubernur DKI Jakarta periode 1997-2007, Sutiyoso, bahkan menyatakan bahwa hanya orang-orang yang nekat saja yang mau menjadi gubernur di ibukota negara. "Karena untuk menjadi gubernur seakan-akan haruslah bisa menjadi binatang paling buas di sebuah hutan, karena di hutan itu banyak binatang buas lainnya," kata Sutiyoso. Fauzi yang berpasangan dengan Prijanto mengusung tema "Jakarta untuk Semua", mereka menyiapkan sejumlah program yang akan menjadi perhatian selama memegang tampuk pimpinan ibukota hingga 2012 mendatang. Program unggulan yang akan dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi pasangan tersebut antara lain dalam bidang pendidikan akan melakukan wajib belajar 12 tahun secara gratis. Selain itu, mereka juga berpromosi untuk meningkatan kesejahteraan guru, peningkatan kualitas guru dengan standar pendidikan Asia dan akan meningkatkan kualitas standar kelulusan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan standar kelulusan internasional. Di bidang kesehatan, duet yang didukung 20 partai politik tersebut akan meningkatkan fasilitas di setiap pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dengan cara menambah jumlah tempat tidur, dan tetap memberikan fasilitas pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat melalui asuransi kesehatan. Pasangan itu juga akan melakukan reformasi kebijakan, yaitu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan teknologi, seperti Internet dan layanan sistem "on line". Untuk membenahi permukiman kumuh di ibu kota, pasangan yang diusung Koalisi Jakarta itu memprogramkan rumah susun,, agar kesempatan masyarakat untuk memiliki tempat tinggal menjadi lebih besar. Program selanjutnya, mereka berdua mencanangkan perbaikan bidang prasarana kota, dan melakukan melanjutkan pembangunan Banjir Kanal Timur, normalisasi sungai, penyediaan air bersih, peningkatan kualitas dan kapasitas jalan, pembuatan taman kota dan fasilitas bagi penyandang cacat. Di sektor transportasi, salah satu upaya untuk mengatasi kemacetan akan diterapkan sistem "Electronic Road Pricing", menata perpakiran, sedangkan dalam transportasi laut pemerintah akan mengembangkan pelabuhan ekspor dan juga akan mengembangkan transportasi menuju Kepulauan Seribu. Di bidang pemberdayaan perempuan dan prespektif pembangunan, Fauzi dan Prijanto akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada para perempuan. "Dengan terciptanya Jakarta yang nyaman, maka Jakarta akan menjadi kota yang baik untuk dihuni, sementara itu untuk menghadapi persaingan global daya saing Jakarta harus perlu ditingkatkan, agar tidak tertinggal dari kota- kota lain di dunia. Jika dua hal tersebut telah terwujud, maka otomatis kesejahteraan masyarakat akan meningkat," kata Fauzi saat berkampanye beberapa bulan lalu. Walaupun kondisi keamanan, ekonomi dan ketesediaan infrastruktur ibukota bisa dikatakan lebih baik dibandingkan 10 tahun yang lalu, namun tak sedikit pekerjaan rumah yang harus segera dikerjakan oleh Fauzi Bowo dan Prijanto. Sementara itu, Sutiyoso menilai, setidak-tidaknya ada sejumlah hal yang menjadi pekerjaan rumah pimpinan baru ibukota. Diawali dengan masalah transportasi, walaupun saat ini koridor TransJakarta sudah mencapai tujuh buah dari 15 yang direncanakan, namun terbangunnya infrastruktur transportasi umum Jakarta tanpa pembatasan kendaraan pribadi tetap membuat Jakarta terperangkap masalah kemacetan lalu lintas. "Setelah semua moda ada tidak otomatis macet hilang. Saya ingatkan pada Fauzi kalau sudah 15 koridor busway, ada monorail, ada subway, tetap harus ada pembatasan kendaraan pribadi, semua kota lakukan itu," kata Sutiyoso. Masalah lain yang akan menjadi pekerjaan rumah Foke, panggilan kesayangan bagi Fauzi Bowo, adalah penanggulangan banjir yang kerap menghantui Jakarta. Dari data Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta saat terjadi banjir besar di ibukota pada awal Februari 2007, di Jakarta Barat terdapat 32 kelurahan yang tergenang dengan luas 119 hektar, di Jakarta Pusat empat kelurahan dengan luas daerah tergenang 20 hektar. Sementara itu, di Jakarta Selatan terdapat 45 kelurahan dengan luas daerah tergenang enam hektar, Jakarta Utara terdapat 31 kelurahan terendam air dengan luas daerah 552 hektar dan Jakarta Timur 45 kelurahan tergenang dengan luas genangan 118 hektar. Selain itu, akibat banjir sejumlah 350 ruas jalan seluas 1,03 juta meter persegi di Jakarta mengalami kerusakan ringan dengan kerugian Rp169,7 miliar. Jalur TransJakarta mengalami kerusakan juga dengan kerugian Rp20 miliar, jembatan sebanyak dua unit dengan luas 805 meter persegi rusak ringan dan kerugian mencapai Rp6,4 miliar sedangkan jembatan gantung rusak satu unit dengan luas 135 meter persegi dan kerugian mencapai Rp2,5 miliar. Oleh karena itu, kerugian untuk bidang jembatan mencapai Rp198,6 miliar dan untuk bidang sarana air Rp124,4 miliar. "Konsep Belanda adalah mengepung Jakarta dengan kanal, seperti tapal kuda. Kanal barat sudah disumbang Belanda pada 1933, tetapi dari gubernur ke gubernur belum ada yang bangun kanal timur. Memang mahal biayanya Rp 5 Triliun dan akhir tahun ini sudah kita gulirkan dananya untuk bebaskan tanah 23,7 km dengan lebar 100 meter. Tahun depan pada saat Fauzi jadi gubernur tinggal membangun fisik," tegas Sutiyoso. Hal lain yang dititipkan Sutiyoso pada Fauzi Bowo adalah masalah pendidikan, pengelolaan sampah dan juga perbaikan pemukiman kumuh serta relokasi warga yang tinggal di bawah jalan tol dan kawasan terlarang. Oleh karena itu pula, Fauzi Bowo menyatakan, telah menyiapkan sejumlah program yang akan dilakukan dalam 100 hari pertama pemerintahannya setelah dilantik menjadi pimpinan pemerintahan ibukota pada 7 Oktober 2007. "Kalau memang dibilang program 100 hari, memang sejak dilantik hingga akhir tahun ini waktunya demikian, secara detail belum akan saya sampaikan karena kemasannya belum rapi," katanya Ia menambahkan, akan mengumumkan program 100 hari pemerintahannya pada masyarakat setelah lebaran, saat ini pihaknya fokus pada penciptaan rasa aman dan nyaman warga ibukota menjelang Lebaran. "Saya kira setelah pelantikan tanggal tujuh nanti hingga Hari Raya kita akan fokus pada persiapan menghadapi Lebaran yaitu memberikan jaminan pada publik bahwa Hari Raya di Jakarta akan berlangsung tenang dan lancar," katanya. Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Prijanto juga menyatakan hal yang sama. Mereka akan dilantik 7 Oktober 2007. Prijanto mengemukakan, setelah berjalannya program 100 hari tersebut, pihaknya siap dievaluasi oleh semua pihak termasuk warga Jakarta. "Namun, saya minta evaluasi yang diberikan adalah kritik yang membangun, jangan hanya sekedar asal berbeda," ujar,nya. Ia juga menambahkan sejumlah masalah di Jakarta yang ada saat ini cukup pelik, salah satu diantaranya adalah kemacetan lalu lintas. "Dengan melibatkan peran serta masyarakat, saya yakin masalah-masalah yang ada dapat bersama-sama diselesaikan," katasnya. Dalam sebuah kesempatan paparan dihadapan camat, lurah, walikota dan bupati di DKI Jakarta, Fauzi Bowo menyebutkan, ada sejumlah agenda yang dilakukan selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Selain pembenahan struktur organisasi dan penempatan orang yang tepat pada posisi yang tepat, Fauzi juga menyoroti pentingnya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat dan juga pemberdayaan masyarakat. Ia juga menyatakan, akan melakukan peningkatan kapasitas kelurahan dan kecamatan dengan menambah personel di lini tersebut, menempatkan sumber daya manusia yang berkualifikasi baik sehingga tidak bertumpuk di kantor Provinsi dan wilayah kota/kabupaten. Janji-janji sudah diucapkan, rencana-rencana telah disusun, setelah pengambilan sumpah Fauzi-Prijanto pada Minggu 7 Oktober 2007 oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Mardiyanto, di DPRD DKI Jakarta di bawah tatapan ribuan undangan, saatnya bagi Bang Kumis dan Bang Pri membuktikan kinerja baiknya. "Pamong itu tugasnya mengurus orang sejak dari kandungan sampai meninggal, tidak ada pemimpin yang berhasil tanpa mencintai tugas yang diberikan padanya," kata Sutiyoso mengungkap rahasia bagaimana ia memimpin Jakarta hingga 10 tahun. (*)

Oleh
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007