Ambon  (ANTARA News) - Potensi sepak bola di Provinsi Maluku tidak bisa dipandang sebelah mata, sebab daerah ini memiliki banyak pemain berbakat, bahkan ada pemain yang sudah menorehkan namanya di tingkat nasional.

Sayangnya potensi besar ini tidak  mendapat perhatian serius untuk melakukan pembinaan dan pengembangan olahraga tersebut.

"Kalau bicara potensi pemain sepak bola di Maluku sebenarnya banyak, cuma masih kurang perhatian. Artinya dari sisi pembinaan belum maksimal, kemudian untuk sisi kompetisinya juga minim," kata Maneger IT Asprov Pengurus Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Maluku, Faizal Lestaluhu di Ambon, Minggu (17/2).

Padahal kalau bicara potensi, maka seluruh kabupaten dan kota di Maluku juga punya bibit pemain yang baik, tapi tidak ada wadah yang tepat untuk membuktikan bakat mereka dalam menunjukkan kualitasnya.

Maluku secara geografis juga bukan daratan. Ini menjadi kendala dalam menjalankan kompetisi yang tidak bisa berpusat pada suatu tempat karena wilayah yang terdiri dari pulau-pulau.

Di sisi lain, Asprov PSSI sudah berusaha semaksimal mungkin dan kalau dibilang programnya sangat luar biasa ketika berada di bawah kepemimpinan Sofyan Lestaluhu dimana berbagai kompetisi sudah dilaksanakan.

Bahkan dari sisi pembinaan untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia seperti wasit misalnya maupun kepelatihannya sudah sangat luar biasa.

"Makanya dari tahun 2018 kemarin PSSI menjalin kerjasama dengan Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) yang secara khusus untuk kepelatihan guru-guru olahraga dan mantan-mantan pesepakbola yang ingin melanjutkan karirnya sebagai pelatih," kata Faizal.

Dikatakan, PSSI dan DFB melakukan kerja sama terkait Sport for Development pada akhir Mei 2018 sebagai pilot project program yang juga bekerjasama dengan FIFA, AFC, Federasi Sepak Bola Australia (FFA), serta Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dan Asprov.

Sport for Development merupakan program yang diharapkan akan menyempurnakan program unggulan filosofi sepak bola Indonesia ini melibatkan Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Maluku, dan penerapannya adalah menghadirkan kurikulum baru kursus lisensi D.

PSSI menjalin kerja sama dengan Jerman untuk membenahi sepak bola khususnya di bidang pendidikan kepelatihan dan pengembangan sepak bola akar bawah.

Faizal menjelaskan, kerjasama dalam bidang kepelatihan dengan GIZ yang merupakan semacam dinas kependidikan Jerman khususnya sepak bola dan itu harus mencetak 2.000 pelatih di Indoensia, tetapi karena pertimbangan kewilayahan untuk Maluku sehingga hanya mampu menelurkan 600 pelatih.

"Makanya sisa kuota pelatih untuk Maluku diambil oleh Jawa Timur," ujarnya.

Jadi untuk program rutinitas kompetisinya itu ada kompetisi U14, U16, dan U17 memang sudah dilakukan secara rutin, hanya kalau dari sisi orang katakan tim elit belum lah, tetapi soal kualitas dan sumbangsih pemain untuk Timnas atau tim-tim elite yang ada di tingkat nasional sangat luar biasa.

Bahkan untuk level kompetisi U16, U17, dan U19 Maluku tidak pernah absen di situ dan pasti ada selalu.

"Itulah yang membuat organisasi sepak bola Jerman jatuh hati kemudian Maluku dan Jatim ditunjuk PSSI untuk memegang amanah itu," tandas Faizal.

Dari seluruh Asprov di Indonesia, Maluku urutan tiga Asprov terbaik setelah Jawa Barat dan Jawa Timur, dan ini sangat luar biasa karena apa yang diamanahkan PSSI pusat dijalankan oleh Maluku dengan baik.

"Terpulang lagi, banyak kekurangan yang harus kita lakukan saat ini dan PSSI Maluku tidak mungkin jalan sendiri sebab perlu ada kerja sama dengan pemerintah daerah," katanya.

Pihaknya juga sudah menyeruakan bahwa sebesar apa pun potensi itu kalau tidak ditopang dengan infrastuktur yang memadai sama juga bohong, kemudian ditunjang dengan rutinitas kompetisi yang dilakukan secara kontinyu juga masih kurang.

Karena banyak keinginan yang kuat bagaimana Maluku bisa berbicara di ranah nasional, ketika sejarah mencatat sebuah desa dari Maluku melawan satu provinsi di tanah air tahun 2006 silam karena menjuarai Piala Medco, ini sangat luar biasa, dan Desa itu adalah Tulehu, Kecamatan Salahutu (Pulau Ambon) Kabupaten Maluku Tengah.

Sehingga yang menjadi ukuran adalah minimnya suport dari pemerintah daerah, sehingga mudah-mudahan lewat kepemimpinan yang baru bisa berubah karena semua orang punya mimpin seperti itu, termasuk Kapolda Maluku yang dalam beberapa kesempatan punya mimpi paling tidak Maluku bisa menjadi salah satu kontestan pada liga elit di Indonesia.

Beberapa tahun lalu memang sudah ada seperti Persemalra, hanya saja ketika ada larangan untuk penggunaan APBD lalu macet sampai saat sekarang.

Dia juga berharap mencuatnya dugaan skandal mafia bola di tanah air agar tidak lagi terulang, dan para pengurus lebih fokus untuk memajukan dan mengembangkan olahraga sepak bola di Indonesia secara sportif.



Fakum

Kapolda Maluku Irjen Pol Royke Lumowa mengakui olahraga sepak bola di daerah ini boleh dibilang sudah lama fakum dari berbagai aktivitas turnamen, padahal cukup banyak club sepak bola yang terebar di berbagai kabupaten dan kota.

"Makanya kami mengajak seluruh pemangku kepentingan di daerah ini untuk membangkitkan kembali olahraga sepak bola yang sudah lama fakum, dan saya rasa kita semua sependapat bahwa sepak bola di Maluku ini harus kita kembang-suburkan," kata Kapolda yang juga mantan Manager Bhayangkara Fc.

Melihat kefakuman yang terjadi, Polda Maluku pun bisa menggelar turnamen sepak bola milenial U23 yang berlangsung di Stadion Mandala Remaja Karang Panjang Kota Ambon sejak 27 Januari 2019 kemarin.

Pertandingan yang diikuti 12 tim sepak bola U23 dari berbagai daerah di Provinsi Maluku akhirnya dimenangkan tim sepak bola Pelauw Putera setelah unggul tipis 1 - 0 atas club seoak bola Tulehu Putra dan mereka berhasil merebut Piala Kapolda Maluku.

Menurut Kapolda, semua stakeholder harus bahu membahu mewujudkan cita-cita bersama yaitu membawa sepak bola Maluku menembus liga 2 ataupun liga 1 Indonesia.

"Karena adik-adik banyak yang bermain bola di pinggir jalan. Tidak ada yang mewakili Maluku masuk liga 2, atau liga 1 sehingga kita harus bisa," ujar Kapolda.

Orang Maluku, katanya, banyak yang tampil sebagai pemain sepak bola tetapi sayang, banyak pemain muda handal tidak mampu membawa perwakilan Maluku menembus turnamen bergengsi di Indonesia.

"Masa hanya ada Persipura, Serui (Papua) yang masuk liga satu, PSM Makasar. PSIS Semarang, dan PSMS Medan saja. Harus ada juga kesebelasan yang mewakili Maluku," harapnya.

Sehingga semangat para pemain muda U23 diminta harus melebihi pemain legendaris tersebut dan tentunya didukung oleh pemerintah dan semua pihak.

"Kita bekerja sama dengan PSSI, KONI, dan semua pihak terkait dan kita gerakan pertandingan sepak bola dan meski kegiatannya Kecil-kecilan saja, yang penting ada semangat, ada riak-riak, ada kegiatan turnamen yang betul-betul resmi," ungkapnya.

Inti digelarnya pertandingan tersebut adalah bagaimana dapat membawa keterwakilan sepak bola Maluku di devisi utama maupun devisi 2 liga Indonesia.

"Cita-cita kita, bagaimana Maluku ada keterwakilannya di liga 2, liga 1 yang harus tampil, entah tahun berapa nanti namun sudah harus disiapkan dari sekarang, dan jangan bikin malu Ambon karena di sini gudangnya pemain sepak bola," kata Kapolda.

Kapolda juga telah melirik serta mendata sejumlah pemain terbaik yang mengikuti turnamen sepak bola milenial U23 selama mengikuti turnamen dan potensi mereka layak untuk dijual ke tingkat nasional.

Misalnya pencetak gol terbanyak selama berlangsungnya turnamen adalah Sahrul Umarella dan rekannya M. Zidan Pattiha selaku pemain terbaik dari kesebelasan Tulehu Putera.

Pewarta: Daniel Leonard
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2019