Pamekasan, Jawa Timur (ANTARA News) - Tokoh Ulama Madura, KH Jakfar Shodiq, kembali mengajak umat Islam di Indonesia berpolitik santun, tidak saling mencaci dan memojokkan sesama umat beragama yang berbeda pilihan politik pada pemilu serentak yang akan digelar 17 April 2019.

"Islam agama yang damai, dan santun, tidak mengajar untuk saling menghujat dan saling menghina," kata dia, di Pamekasan, Jumat.

Tokoh ulama asal Batuampar, Proppo, Pamekasan, ini mengemukakan itu, menyusul kian memanasnya suhu politik di Pamekasan, menjelang pelaksanaan pemilihan presiden, terutama di media sosial akhir-akhir ini.

Aksi saling hujat dilakukan warganet, bahkan ada yang menantang "carok" melalui rekaman video yang disebarkan melalui jejaring sosial facebook.

Tidak hanya itu saja, sebagian di antara pengguna media sosial bahkan ada yang saling "mengkafirkan" antarpendukung pasangan calon.

Menurut dia, tindakan seperti itu, tidak mencerminkan sikap umat beragama yang berpegang teguh kepada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan, serta merawat persaudaraan.

"Islam itu mengajarkan persaudaraan, bukan permusuhan, apalagi masih sesama muslim," katanya.

Ia lebih lanjut menjelaskan, berbeda pilihan merupakan sesuatu yang wajar, karena politik merupakan cara untuk meraih kekuasaan.

"Yang tidak wajar apabila sampai menghujat dan menentang orang lain yang berbeda pilihan untuk melakukan aksi carok," katanya.

Ia selanjutnya mengajak, agar semua pihak menahan diri dan berkomitmen untuk menjaga situasi politik yang kondusif.

Ia juga mendukung terbentuk komunitas politik santun di Madura yang mengatasnamakan diri Barisan Gus dan Santri (Baguss) Bersatu.

Komunitas yang terdiri dari "Lora" atau putra kiai pondok pesantren dan pemuda itu berkomitmen untuk berpolitik secara santun, dengan mengutamakan sosialisasi tentang program pasangan yang didukungnya dan menghormati perbedaan.

Baguss juga berkomitmen tidak akan menjadikan agama sebagai alat politik. Bagi komunitas ini, nilai-nilai agama harus terwujud dalam perilaku sehari-hari, bukan digunakan untuk memojokkan orang lain yang berbeda pilihan politik.

Pewarta: Abdul Aziz
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019