Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2007 mencapai sekitar 6,2 hingga 6,4 persen yang didorong oleh faktor konsumsi, investasi, dan ekspor. "Pokoknya kuartal ketiga 2007 kita perkirakan mencapai sekitar 6,2 hingga 6,4 persen. Sampai akhir tahun konsumsi mungkin akan tetap stabil, demikian juga dengan ekspor, hanya investasi yang kita harapkan meningkat lagi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Kamis. Ia menyebutkan, pertumbuhan konsumsi selama triwulan III 2007 mencapai sekitar 4,7 hingga 4,9 persen, dan peningkatan investasi mencapai sekitar 8 persen. Pemerintah mengharapkan pertumbuhan investasi mencapai double digit. Sebelumnya Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Departemen Keuangan menyampaikan laporan bahwa kondisi fundamental ekonomi Indonesia di kuartal III masih cukup kuat. Tekanan depresiasi nilai tukar di awal Agustus 2007 tampaknya telah berakhir dan nilai tukar Rupiah terhadap US dolar kembali menguat dan bergerak pada kisaran Rp9.000-9.100 per US dolar hingga akhir September 2007. Perkembangan pasar modal juga sudah kembali menunjukkan trend meningkat. Selama periode kuartal III tahun 2007, perkembangan pasar keuangan global dan domestik menghadapi gejolak yang disebabkan oleh isu subprime mortgage yang terjadi di Amerika Serikat (AS). Pada awal Agustus 2007, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEJ sempat jatuh dari kisaran 2.300 ke 1.900. Namun, sejak pertengahan Agustus 2007, kondisi tersebut mulai membalik. Nilai IHSG kembali meningkat sejalan dengan berbagai upaya dan langkah bersama yang diambil seluruh pasar di dunia. Trend peningkatan IHSG berlanjut selama pertengahan bulan Agustus hingga akhir Sepetember 2007, bahkan pada tanggal 8 Oktober telah mencatat rekor baru yaitu 2524. Di samping itu, volatilitas IHSG semakin menurun. Perkembangan positif juga ditunjukkan oleh kinerja surat berharga negara (SBN) antara lain berupa penurunan yield curve dan kembali meningkatnya arus modal masuk. Pada bulan Agustus 2007, telah terjadi net selling atas foreign net selling sebesar Rp636,1 miliyar dan pada bulan September kondisi tersebut berbalik dengan nilai total foreign net buying kembali positif (Rp417,1 miliar). Selain peningkatan aktivitas pasar obligasi negara, aktivitas obligasi swasta (corporate bond) telah kembali meningkat di bulan September 2007. Stabilitas ekonomi secara relatif cukup terjaga, walaupun terdapat sedikit tekanan di sisi inflasi sebagai akibat pola konsumsi musiman menjelang hari raya Idul Fitri. Memasuki bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, tingginya permintaan dan kebutuhan masyarakat telah mendorong peningkatan harga dalam negeri. Laju inflasi hingga akhir kuartal III 2007 mencapai 4,41 persen atau dengan laju inflasi bulan September mencapai 0,8 persen. Namun peningkatan inflasi tersebut masih berada pada tingkat yang terkendali. Dari sisi suku bunga, BI rate telah dipertahankan pada tingkat 8,25 persen. Penurunan suku bunga Fed sebesar 50 bps di bulan September 2007 hingga menjadi 4,75% telah meningkatkan spread dengan BI rate sebesar 350 bps. Peningkatan spread dan membaiknya kondisi pasar uang global dan domestik telah memberikan kontribusi positif terhadap apresiasi nilai tukar rupiah kembali pada kisaran Rp9.000 ? Rp9.100 per dolar AS. Arus modal masuk kembali ke Indonesia dan stabilitas pasar domestik telah mendorong peningkatan jumlah cadangan devisa hingga mencapai 52,9 miliar dolar AS (per 24 September 2007). Dari sisi sektor riil, indikator-indikator konsumsi menunjukan bahwa konsumsi masyarakat di kuartal III masih cukup tinggi, walaupun diiringi kecenderungan melambat. Kinerja investasi pada kuartal III menunjukan perkembangan positif yang cukup signifikan. Laju pertumbuhan impor barang modal di kuartal II sebesar (10,6 persen, kumulatif) akan mampu memberikan dorongan positif bagi kegiatan produksi dan investasi di kuartal III 2007. Di sisi perdagangan internasional, perkembangan ekspor non migas di kuartal III 2007 diperkirakan mencapai 11.6% sementara ekspor migas akan sedikit melambat dengan pertumbuhan -1.5%. Dari sisi impor, peningkatan laju pertumbuhan dicapai oleh impor barang modal (26%, kumulatif). Laju pertumbuhan impor bahan baku relatif stabil pada tingkat 12.8%, sementara impor barang konsumsi menurun menjadi 39%.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007